Illustrated |
- Gnostik: Apa itu Gnostik?
- Gnostik: Sejarah dan Perkembangan Gnostik
- Gnostik: Ciri Umum dan Ciri Khas Gnostik
- Gnostik: Ajaran Gnostik
- Gnostik: Tokoh-tokoh Gnostik
- Gnostik: Injil Palsu yang dipengaruhi Gnostik
- Gnostik: Perlawanan Gereja Mula-Mula Terhadap Gnostik
Ada dua alasan mengapa keberadaan aliran Gnostik menjadi tantangan yang berat bagi gereja mula-mula, dari segi organisasi dan kitab suci. Waktu itu, setiap jemaat masih berdiri sendiri. Para rasul dan pengganti mereka telah meninggal dan tidak ada tokoh-tokoh yang berwibawa seperti mereka. Belum ada lembaga pusat yang memberi bimbingan dan penerangan kepada jemaat-jemaat. Hubungan antar jemaat hanya bersifat sukarela misalnya Ignatius mengirim surat ke jemaat-jemaat di Asia Kecil; Uskup Clemens dari Roma menyurati dan menegur jemaat Korintus ketika terjadi pertikaian dalam jemaat itu tahun 96 M. Jika ada jemaat yang terpengaruh oleh ajaran Gnostik, sangat mungkin jemaat yang agak jauh tidak mengetahuinya. Dan jika tahu, protes terhadap ajaran itu susah dibawa kemana-mana. Penolakan terhadap Gnostik hanya bisa terjadi melalui terbentukannya pendapat umum dalam gereja, dan hal itu memakan waktu yang lama.
Kesulitan terbentuknya pendapat umum dalam perlawanan terhadap ajaran Gnostik juga didorong oleh penggunaan Alkitab. Waktu itu, hanya PL saja yang telah menjadi kitab utama bagi gereja mula-mula. Dengan bahasa Yunani (Septuaginta) dan Arami (bagi orang-orang Kristen di luar lingkungan kebudayaan Helenistis di Asia Barat). Orang-orang Yahudi sendiri telah menetapkan kitab-kitab apa yang tercakup didalamnya. Tetapi kalau lawan-lawan Gnostik mengemukan bukti-bukti dari PL, penganut-penganut membalas dengan memberikan tafsiran “rohani” atas ayat-ayat yang bersangkutan (allegorese). Dalam hal PB, lebih sulit lagi. Para rasul dan murid-muridnya telah menulis surat-surat dan Injil/Wahyu. Karangan-karangan hanya ditulis untuk jemaat yang mereka kenal. Dan karena kitab-kitab tersebut itu beredar dalam lingkungan tertentu saja, sangat susah untuk menemukan patokan yang jelas dalam menentukan mana yang patut berwibawa dan mana yang tidak. Dengan demikian, kaum Gnostik juga mudah mengedarkan tulisan-tulisan mereka sendiri, dengan memakai nama seorang rasul.
Gnostik merupakan tantangan yang sangat kuat atas iman Kristen, sehingga muncullah 3 azas yang menjadi “bendungan” terhadap aliran Gnostik dan ajaran-ajaran lain, yaitu kanon, pengakuan iman, dan uskup. Ajaran gereja yang berdasarkan ketiga azas itu disebut “ortodoksi” atau “pendapat/ajaran yang tepat
Kanon, merupakan kata Yunani yang berarti: ukuran, patokan, dan juga daftar. Waktu itu gereja telah memiliki PL sebagai ukuran bagi kepercayaan dan kehidupan jemaat. Di samping itu ada tulisan-tulisan dari murid Tuhan Yesus: Injil-injil, surat-surat dan lainnya. Meski demikian, kaum Gnostik juga mengedarkan kitab-kitab yang katanya ditulis oleh murid Tuhan. Sebab itulah, gereja perlu menentukan manakah yang boleh dianggap benar-benar berasal dari murid Tuhan. Keempat Injil yang kita kenal itu agak mudah mendapat pengakuan umum, demikian juga surat-surat Paulus dan Kisah rasul, karya Lukas. Beberapa kitab lain baru memperoleh kesepakatan umum belakangan. Secara garis besar, PB sudah tersusun tahun 200. Kitab-kitab yang bersifat gnostis ditolak, sehingga garis batas Gereja dan Gnostik menjadi jelas. Gereja juga membutuhkan suatu ringkasan pokok-pokok kepercayaan yang akan menjadi pegangan bagi jemaat. Pengakuan tertua hanyalah mengenai Kristus: Yesus adalah Tuhan (1Kor 12:3), yang berkembang seperti tertulis dalam Roma 1:3, Filipi 2:5-11 dsb. Barulah pengakuan itu berkembang menjadi suatu rumusan iman yang lengkap: „Pengakuan Iman Rasuli‟. Meskipun tidak disebutkan tentang gnostik didalamnya, isi pengakuan iman rasuli jelas telah melawan aliran itu.
Disamping kanon dan pengakuan iman yang merupakan pertahan kuat terhadap aliran gnostik, dibutuhkan seseorang yang mengartikan dan menerapkannya. Orang inilah adalah uskup, yang dipandang sebagai pengganti rasul. Uskup-uskup jaman itu juga memilih dan menahbiskan seseorang menjadi uskup dan meneruskan ajaran yang diterimanya dari Kristus (pewaris jabatan rasuli, successio apostolica), sehingga tersusunlah rangkaian saksi-saksi kebenaran yang dapat dipercaya ajarannya, karena ajaran itu telah diterima, secara tidak langsung dari Kristus sendiri (misal: Kristus- Yohanes – Polikarpus – Irenaeus). Uskup-uskup di kota-kota besar (Roma, Antiokhia, Alexandria, dan di kemudian hari Konstantinopel dan Yerusalem) memiliki kewibawaan yang besar, dan diberi gelar : patriarch (di Roma : paus).
Posting Komentar