Illustrated |
- Gnostik: Apa itu Gnostik?
- Gnostik: Sejarah dan Perkembangan Gnostik
- Gnostik: Ciri Umum dan Ciri Khas Gnostik
- Gnostik: Ajaran Gnostik
- Gnostik: Tokoh-tokoh Gnostik
- Gnostik: Injil Palsu yang dipengaruhi Gnostik
- Gnostik: Perlawanan Gereja Mula-Mula Terhadap Gnostik
a)
Pertama-tama dualisme.
Dualisme berarti, bahwa baik dalam penciptaan maupun dalam diri manusia hadir
campuran dari kebaikan dan kejahatan, yang dapat dibedakan. Hal itu juga
berlaku untuk Allah. Menurut gnostik ada satu Allah yang transenden yang baik
yang hampir tidak dapat dikenal dán Allah yang menciptakan dunia. Maka Allah
yang benar dan Allah pencipta dalam buku Kejadian sama sekali tidak sama untuk
pengikut ajaran gnostik.
b) Yang
berikut adalah kosmogoni. Dalam kosmos, penciptaan, juga terjadi dualisme.
Adalah kontras antara terang dan kegelapan, antara jiwa/roh dan materi/daging,
antara pengetahuan dan kebodohan atau pelupa. Terang, jiwa, roh, pengetahuan
adalah hal yang baik, merupakan ‘percikan api ilahi’ dalam manusia. Sebaliknya
kegelapan, materi, kebodohan dan pelupaan adalah jahat. Maka dari awal mula
penciptaan, kebaikan dan kejahatan hadir dalam dunia ini. Maka dunia fisik,
materiel dianggap sebagai jahat, jelek, tidak berkualitas.
c) Soteriologi
atau keselamatan adalah tahap berikutnya. Keselamatan dan penebusan
pertama-tama dianggap sebagai pengetahuan tentang kodrat dualistis dunia
ini. Yang harus diselamatkan adalah jiwa
atau roh dalam seorang pribadi, bukan daging. Maka
tidak ada kebangkitan badan. Nanti kami akan memberi dua contoh, melalui
kutipan teks-teks gnostik, tentang kematian Yesus. Bagi orang gnostik badan
Yesus tidak bangkit, tetapi Roh, jiwa Yesus dibebaskan dari tubuh-Nya, dari
kehidupan di dunia jahat ini.
d) Eskatologi
atau ajaran tentang hari akhirat, akhir sejarah, berarti seseorang mengerti
bahwa tujuan terakhir keberadaan diarahkan kepada penebusan jiwa dan pemulihan
penciptaan dalam ‘kesempurnaan’ atau pleroma, tempat di mana hanya ada
keterangan, kebaikan ilahi. Untuk tiba di sana seseorang harus memprioritaskan
bidang spritual di tengah bidang-bidang kehidupan lain, membangun hubungan
dengan dunia spiritual itu dan memisahkan diri sebanyak mungkin dari dunia
fisik, dunia daging dan materi yang jahat.
e)
Pengetahuan tentang kehidupan
jemaat dan kultus-kultus, tentang cara ibadah/sembahyang dan orang-orang yang
bertanggungjawab untuk pemeliharaan pikiran-pikiran gnostik sangat terbatas.
Diketahui ada praktek- praktek tertentu selain pembaptisan.
Secara singkat
ciri-ciri khas gnostik dapat disebut sebagai berikut[3]:
a.
Suatu dualisme kosmis, yang
menolak dunia dengan seluruh isinya. Badan ragawi adalah penjara jiwa, maka
jiwa ingin melepaskan diri dari badan.
b. Perbedaan
antara Allah yang benar, yang tidak diketahui dan transenden dan pencipta
dunia, Demiurge, yang sering kali disamakan dengan Jahweh, Allah Perjanjian
Lama.
c. Kepercayaan
bahwa umat manusia mempunyai dasar sama dengan yang ilahi, karena percikan api
dari terang surgawi dipenjarakan dalam badan ragawi.
d. Satu
mitos untuk menceriterakan kejatuhan suatu mahluk surgawi sebelum dunia
diciptakan untuk menjelaskan bahwa manusia sekarang mengalami situasi sulit.
Maka hal itu tidak akibat dosa manusia, tetapi juga tidak berasal dari Allah.
e.
Gnosis menyelamatkan. Melalui
gnosis pembebasan diwujudkan, karena pengikut gnostik melalui ajaran gnostik
menjadi sadar akan pengetahuan tentang sifat aslinya dan asal-usul surgawinya.
Yesus sering kali diberi peran dalam proses ini sebagai seorang yang
mengungkapkan rahasia gnosis ini, bukan sebagai seorang yang menyelamatkan umat
manusia melalui kematian dan kebangkitanNya.
Hal itu bisa dijelaskan
dengan ringkasan sistem Valentinus. Dasar
abadi dari semua keberadaan ialah Abyss (Bythos) yang tidak terbatas dan tidak
dapat diukur. Dalam
dia adalah keheningan dan dalam keheningan dia menciptakan akal (maskulin) dan kebenaran (feminin).
Oleh akal dan kebenaran diciptakan firman dan kehidupan dan dari mereka berasal
manusia dan gereja. Dua pasangan terakhir, juga disebut aeons masih menciptakan
22 keberadaan, aeons, baru, sehinga pleroma, kepenuhan, diciptakan terdiri atas
30 aeons, 15 pasangan. Aeon yang terakhir, Sophia, kebijaksanaan, mencoba untuk
mengetahui siapa Abyss,dan oleh karena itu dia sendirian, tanpa pasangannya,
menciptakan suatu keberadaan baru, Demiurge. Waktu dia kesal atas kesalahannya,
dia boleh masuk dalam pleroma lagi. Demiurge tidak sadar, bahwa masih ada
keberadaan lebih tinggi daripada dia. Dia berpikir dialah yang paling tinggi
dan menjadi pencipta dari kosmos. Dia juga menciptakan manusia, yang baru mulai
hidup, waktu Demiurge meniup sebagian dari roh,
yang dia diterima dari Sophia, di dalamnya. Kemanusiaan dibagi dalam
tiga tingkatan: Manusia yang hanya ragawi, materi, mereka tidak bisa
diselamatkan; manusia yang mempunyai roh, pneuma, mereka bisa mencapai
keselamatan dan kembali ke pleroma karena mereka ditolong oleh Sophia dalam
perjalanan ke pleroma, karena Sophia mau menerima kembali percikan api ilahi
yang berasal dari dia; tingat ketiga ada manusia di tengah-tengah, mereka
punyai jiwa, psyche, dan mereka dapat diselamatakan untuk sebagian, tidak
sepenuhnya, di luar pleroma jika mereka memenuhi syarat-syarat tertentu.
Menurut tradisi Valentinus orang-orang yang mempunyai percikan api roh ilahi
akan dibantu oleh Kristus yang memperkenalkan diri dalam manusia Yesus, yang
menyadarkan mereka, bahwa mereka punyai roh sehingga mereka dapat kembali ke
pleroma, dunia ilahi yang sempurna. Kristus masuk dalam Yesus pada waktu Yesus
dibaptis dan meninggalkan Yesus sebelum penderitaannya mulai. Maka Kristus
menunjuk gnosis sebagai jalan pembebasan pada orang yang mempunyai roh, atau
percikan api ilahi. Pembebasan itu tidak tergantung dari perilaku, etika manusia,
tetapi dari kesadaran, pengetahuan, bahwa dia punyai percikan api roh Ilahi.
Baca selanjutnya: Gnostik: Ajaran Gnostik
[1] Kurt Rudolph, The Missing
Gospels: Unearthing the Truth behind Alternative Christianities,
(Nashville, Tennessee: Thomas Nelson Inc. 2006),18-20.
[2] Rudolph, p. 57
[3]
Wilson, McL., “Gnosticism”,
dalam: Cohn-Sherbok, Dan
+ John M.
Court, eds., Religious Diversity
in the Graeco Roman World. A Survey of recent Scholarship, The Biblical Seminar
79, (Sheffield: Sheffield Academic Press 2001), 164-181
Posting Komentar