Knowledge |
Bagaimana kita dapat yakin bahwa kita memiliki kebenaran ?. Dalam teori “knowledge” atau dalam bahas Yunani “the science of knowledge”. Membahas mengenai natur dari pengetahuan dan pembenaran terhadap kepercayaan kita. Para ahli filsafat percaya bahwa inilah pusat dari filsafat, filsafat yang mencari kebenaran, mengetahui bagaimana mendapatkan kebenaran dan membenarkan kepercayaan kita, dan bagaimana menilai preposisi kita. Isu yang paling penting adalah apakah kita dapat memiliki seluruh kebenaran itu. Mengklaim bahwa kita mengetahui sesuatu berarti mengklaim bahwa kita memiliki kebenaran, tapi apakah kita yakin, kita memiliki kebenaran itu. Orang-orang yang mengklaim memiliki pengetahuan setiap hari jatuh dalam kesalahan. Jadi bagaimana kita tahu bahwa kita memang benar-benar mengetahui sesuatu ? Atau mungkin sebetulnya kita tidak mengetahui apa-apa. Dan bahkan mungkin kita tidak tahu apa-apa dari apa yang kita ketahui. Skeptisisme merupakan teori yang mengatakan bahwa kita tidak mempunyai pengetahuan tau tidak tahu apa-apa, kita tidak jelas dengan kepercayaan kita, dan apa yang kita ketahui adalah “universe”, alam semesta, yang segala sesuatu didalamnya dapat berubah ukuran tadi malam selagi kita sedang tidur. Kita tidak dapat mengukurnya tinggi dan lebarnya dengan pengukur karena alat pengukur itu juga berubah. Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa dunia itu bertambah besar atau berkuran satu inci. Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa dunia itu diciptakan beberapa waktu lalu dari fosil, batu dan penemuan-penemuan lainnya. Jadi semuanya itu hanya ilusi, bagaimana kita dapat membuktikan bahwa ada makhluk lainnya diluar dunia, dalam dunia roh. Bagaimana anda tahu bahwa andalah satu-satu orang yang bereksistensi dan segala sesuatu adalah hanya mimpi . Dapatkah andamengalahkan orang Skeptik ini ?.
Plato, berusaha menjelaskan pengetahuan melalui theory of recollection, Rene Descartes, bapa dari filsafat moderen berusaha menggunakan teori skeptisisme untuk menyerang skeptisisme, John Locke, George Berkeley, David Hume, mewakili tradisi oposisi, yakni empirisme, sekolah filsafat yang mengatakan bahwa segala sumber pengetahuan adalah pengalaman. John Locke berpendapat bahwa pikiran manusia adalah seperti kertas kosong dan pengalaman menulis pesan-pesan. Tidak ada pengetahuan asal, a priori, tapi semua pengetahuan adalah posteriori, berdasarkan pengetahuan. Immanuel Kant, berusaha mendamaikan dua hal ini. John Hospers mengusulkan pandangan moderen bahwa pengetahuan mendukung kebenaran iman.
Jadi dalam mempelajari dan menelusuri kebenaran, kita dituntut untuk kreatif, analistis, dan berargumentasi, mengkritik, dan memberikan ide-ide, membandingkan, mengevaluasi, dan barulah mengambil keputusan.
Baca selanjutnya: Filsafat Agama: Konsep Kebenaran Menurut Tradisi Agama-agama
Posting Komentar