Filsafat Agama: Apakah Allah/Tuhan Benar-benar Ada?

Quotes
Daftar isi:

Apabila tidak ada Allah, maka Allah adalah sesuatu  yang tidak terkalkulasi, ciptaan yang tunggal dari imajinasi manusia. Tidak ada ciptaan lain dari imajinasi yang begitu subur dengan ide-ide,  inspirasi agung terhadap filsafat, literatur, lukisan, ukiran, arsitektur, dan drama.  Kesampingkan ide tentang Tuhan, hal yang paling asli dari matematika,  karakter drama yang tak terlupakan, adalah produksi minor dari imajinasi . (Anthony Kenny, Faith and Reason)

Apabila Ada Allah:
Kuasa supranatural berinteraksi dengan dunia PerencanaanNya dan DiriNya
Maka dunia bukanlah suatu aksidental Dunia, hasil untuk kesempatan dan kepentingan Dunia, rumah untuk rasio dan mahluk perasaan Kita tidak sendirian Kita bertanggungjawab padaNya Bekerja mengatasi ketidakadilan

Dalam filsafat agama, kita beragumentasi disekitar isu-isu “APAKAH ALLAH ITU ADA” ?
“DAPATKAH KITA BUKTIKAN BAHWA ALLAH ITU ADA ?
Roma Katholik: Berpegang pada pandangan tradisional bahwa Allah ada secara  demonstratif dalam pandangan rasio. Menolak bahwa alasan manusia cukup untuk membuktikan  Bahwa Allah itu ada.

Argumentasi mengenai kebenaran Allah
Thomas Aquinas (1125-1274)
Lahir di Roccasica, Itali Studi di Naples, Cologne, Paris Mengajar Theologi di Paris dan Roma Kosmologikal: “First Cause Argument”

Segala dalam alam semesta ada penyebabnya (C)
Segala sesuatu yang ada (E), 
ada sesuatu yang lain (D)
D ada sebelum E
C menghasilkan E
Tanpa C, maka E tidak ada
C ada karena ada sesuatu yang lain dari C1
C1 ada karena sesuatu yang lain dan seterusnya

Ha-hal yang tidak terbatas tidak mungkin surut
Sebab akibat pasti ada mulanya

Dibelakang alam semesta pasti ada sebabnya
Yang menghasilkan segala sesuatu

Mahkluk itu  pasti tidak  terbatas, pribadi yang penting, 
Yaitu Allah.

Lima Argumentasi Kosmologikal:
Suatu kenyataan bahwa ada perubahan dan beragumen bahwa pasti ada  “Unmoved Mover” sebagai sumber segalanya, tapi ia sendiri tidak bergerak

Hal-hal penyebab beragumen bahwa ada   penyebab utama untuk menjelaskan keberadaan penyebab
(dibelakang penyebab ada penyebab)

Kontingensi (kemungkinan2)
Bahwa ada ketergantungan mahkluk,  pasti ada yang tidak bergantung sama sekali dimana mahkluk yang bergantung itu tergantung untuk hidup

Keunggulan/Mutu/Excellence
Karena ada kenyataan mutu/excellence, maka ada mahkluk sempurna yang adalah sumber dari mutu/excellence tersebut

Hal Hal Harmonis (Harmony Things)
Ada perancang keharmonisan yang merencanakan keharmonisan

Pandangan Thomas Aquinas diserang oleh Bernard Russel yang tidak p[ercaya bahwa di belakang keberadaan alam dan isinya ada penyebabnya yakni sesuatu yang besar, tidak terbatas, sempurna, dan ilahi.

St Anselm (1033-1109)
Adalah Abbot Bec, Bsihop dari Catenbury
Tulisannya: Allah menjelma Menjadi Manusia
Ia menulis mengenai tidak ada yang lebih besar yang dapat  dikandung Argumentasi Ontologikal

Sesungguhnya Allah itu ada, walaupun orang bebal mengatakan
Bahwa Allah itu tidak ada
Pengertian dalam kandungan pemikiran seperti seorang pelukis Tapi pelukis tidak mengerti pengertian ini karena ia belum menuangkannya tapi setelah melukis  ia memiliki pengertian pada lukisan itu,  pengertian itu ada pada lukisan itu ia mengerti keberadaan tersebut karena ia yang membuatnya,  keberadaannya adalah pengertian dan kenyataan

Allah tidak dapat dikandung untuk tidak bereksistensi
Tidak ada sesuatu yang lebih besar yang dapat dikandung
Hal yang dikandung dan tidak bereksistensi, bukanlah Allah

Bagaimana orang bebal berkata dalam hatinya – apa yang tidak dapat dikandung. 
Sesuatu dapat dikandung dalam dua cara:
a.Apabila ada perkataan mementingkan hal itu terkandung
2. Allah tidak dapat dikandung untuk tidak bereksistensi diri,
dalam kenyataannya Dia tidak dapat.

Argumentasi:
Mengapa Ada yang Jahat Dalam Dunia ini ?

Apakah ia mencoba untuk mengatasi  kejahatan namun tidak sanggup ?
Berarti tidak mempunyai kekuatan.
 Apabila Ia sanggup, tetapi tidak rela melakukannya, maka ia berhati dengki.
Apabila ia sanggup dan rela, tapi mengapa ada kejahatan ?
 (Epicurus, 341-270 BC)

Agnostik dan Atheis
Absent dari kesaksian mengenai Allah bereksistensi
Panah yang  tajam untuk menyerang: Persoalan Mengenai “Evil”.

Yudaisme:
Allah itu  mahakuasa, maha besar, maka mengijinkan kejahatan itu ada
Allah itu Mahakuasa
Allah itu Mahabaik
Evil exists.

Argumen Epicurus:
Kalau Allah ada,  mengapa Dia mengijinkan kejahatan
Mengapa Iatidak  menciptakan dunia yang lebih baik, atau kejahatan yang kurang.
Kesimpulan:
Jika Tuhan Mahakuasa, Mahatahu, Maha Besar bereksistensi, maka
Dalam dunia tidak ada kejahatan
Tapi kenyataannya ada kejahatan atau kejahatan yang tidak penting di dunia ini
Maka Allah tidak ada
Adalah hal yang mustahil bagi Allah menciptakan ciptaan yang bebas dan menjamin
bahwa tidak ada kejahatan

Argumentasi:
Persoalan “evil” kontra terhadap Tuhan
The Problem of Evil Counts Against God

Fyodor Dostoevski (1822-1881)
Novelist Russia yang terkenal, lahir di Moskow.
Menulis Crime and Punishment:
Mengapa ia tidak dapart menerima Allah

Pandangan orang yang mengatakan Allah itu ada adalah
Perasaan Mamusia itu dan bukan berarti bahwa Allah itu harus bereksistensi
Ketakjuban adalah suatu ide, sifat alamiah/nature
Ia percaya Allah secara sederhana:
Kalau Allah menciptakan dunia, maka Allah akan
menciptakannya menurut pikiran manusia.
Jadi ia tidak dapat percaya kepada Allah karena ia
Tidak dapat memikirkan sesuatu kenyataan
yang berada di luar dari rasio atau dunia,
dan tidakdapat percaya bahwa Allah yang menciptakan dunia

Persoalan seorang anak yang menderita
Ia tidak percaya bahwa dibaliknya ada rencana Tuhan
Karena kalau Allah itu ada, maka Ia tidak akan menciptakan
Manusia dengan penderitaan. Kalau Allah menciptakan dunia
Melalui pikiran manusia, maka tidak akan ada kejahatan
Karena manusia tidak menginginkan penderitaan.
Jadi penderitaan yang dialami manusia itu ada dan tidak perlu dipikirkan
Darimana itu berasal.
Kalau percaya kepada Allah berarti kejahatan, sakit penyakit itu
Adalah tanggungjawabnya dan diminta pertanggungan jawab
John Hick There
is a reason why God aloows evil !
Adalah professor theologia di Universitas Brimingham,
Sekarang di Claremont Graduate School.
Buku yang ditulis: Evil and the God of Love (1966).
Argumentasi Evil and Soul Making
didasarkannya dari argumentasi theodisi:
Mempertahankan Keinginan Bebas
2 macam theodisi:
Agustinian Position,
Allah menciptakan manusia tanpa dosa,
Namun manusia berdosa karena menyalahgunakan kebebasan.
Anugerah Allah menyelamatkan beberapa diantaranya

Tradisi Irenaean
Adam bukanlah ciptaan bebas yang memberontak terhadap Allah
Tapi sebagai anak
Kejatuhan manusia adalah awal dari kebebasan
Allah bekerja membawa manusia kepada kesadaran akan kasih ilahi,
dan kehidupan spiritual.
Hidup ini dilihat sebagai “lembah pembuatan jiwa”
Tradisi ini melihat manusia masih dalam proses penciptaan
Manusia itu segambar dan belum serupa dengan Allah
Hanya ada sesuatu dalam diri manusia yang merefleksi keserupaanNya
Kejatuhan dilihat sebagai kegagalan dalam proses penyempurnaan
ciptaan Allah untuk menjadi serupa.
Percaya akan proses evolusi yang lama dari homo sapiens sehingga
menghasilkan anak Allah
Proses juga melalui persekutuan manusia dengan Allah yang adalah
Kelanjutan atau hasil dari evolusi
Kemudian manusia menjadi mahkluk bebas dan berjalan sendiri
disempurnakan oleh hubungan dan reaksinya dan aksinya dengan dunia
Seperti yang disebut oleh Perjanjian Baru yaitu:
Anak-anak Allah

Tanggapan John Hick
Manusia tidak diciptakan dan ditaruh dalam sangkar
Manusia adalah ciptaan Allah yang diberi kebebasan
Dosa bukan dari Allah dan bukan disebabkan oleh Allah
Allah kepada manusia seperti bapa kepada anak
Allah menciptakan manusia dengan tujuan kasih
seperti bapa kepada anak
Allah menempatkan manusia di lingkungan yang
Memproses untuk menyempurnakannya
Dunia sebagai tempat pembentukan jiwa atau karakter
(tantangan dari Natural Evil)
Manusia dibatasi oleh tempat dan waktu
Lebih baik memfokuskan diri kepada masa depan
Daripada masa lalu yang berdosa dan
melihat kepada maksud ilahi di masa depan

Faith and Reason
Iman dan Rasio
Argumentasi:
Apakah Iman itu rasional ?
Kalau tidak dapat membuktikan, tidak ada alasan
Untuk percaya bahwa Allah itu ada 2 pokok argumentasi:
Iman dan rasio kompatibel
(adalah rasional untuk percaya kepada Allah)
Iman dan rasio tidak kompatibel
(adalah tidak rasional untuk percaya kepada Allah)
 Menurut Thomas Aquinas:

Menurut Immanuel Kant:
Iman dan rasio itu harmonis
Kepercayaan agama berada dalam alasan rasional
Soren Kierkegaard:
Menempatkan iman pada bagian yang irrasional
Dan rasio pada tempatnya
Iman dan rasio tidak dapat bertemu
Iman lebih tinggi dari rasio, melampauinya

John Calvin dan Karl Barth :
Teori Soren Kierkegaard adalah Natural Theology
Menghadapi orang yang tidak percaya dalam
Konteksnya
Pewahyuan adalah berasal dari otoritas diri (Self-Authenticating)
Yang membawa kesaksian sendiri (sepihak)
Yang disebut Transrational
Menurut Calvin dan Barth adalah:
Iman tidak bertentangan dengan rasio atau alasan
Juga tidak melampauinya dengan tidak wajar

Kesimpulan:
Irrrationalists (Kiekegaard) dan transrationalists (Calvin dan Barth)
Mereka sulit memisahakan “incompatibilitists” argumentasinya:
Jadi iman memiliki nilai yang lebih tinggi
Dan daripadanya pertimbangan rasional atau alasan itu muncul
Menggunakan rasio dimana iman itu beroperasi adalah tidak tepat dan
tidak beriman

Blaise Pascal

Yes, Faith is a Logical Bet
Ya, Iman adalah sebuah taruhan yang masuk akal
Ia adalah sains dari Prancis, ahli filsafat, matematika. Ia menemukan ilmu barometer.
Pertobatannya kedalam agama Katolik  mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal religius.
Ia berargumen bahwa jika kita melakukan analisa dari harga keberuntungan sesuatu
Maka hal itu mengandung alasan untuk bagi kita untuk percaya bahwa Allah itu ada
Tanpa peduli dengan apakah kita mempunyai bukti-bukti untuk mempercayai itu
Alasan untuk percaya bahwa Allah itu ada adalah “neutral”
Alasan atau rasio adalah neutral
Bisa dibuktikan atau tidak dapat dibuktikan (Neutral)
Kita harus membuat pilihan:
Bahwa tidak memilih percaya berarti memilih untuk menentangNya
Dan akan kehilangan keuntungan dari kepercayaan tersebut
Sejak keuntungan iman ini adalah janji yang kekal dan tidak beruntuk
Juga mengandung janji yang kekal, maka
Kita harus bertaruhan

Bagi Blaise Pascal:
Iman dan rasio memiliki resikonya masing-masing
Maka kita harus memilih
Pilihan itu memberikan resiko baik menerima atau menolak

Anthony Flew;
(Professor filsafat di University of Reading in England)
R.M. Hare;
(Professor filsafat di Oxford University, England)
Basil Michell
A Debate on the Rationality of Religious Belief
Debat Mengenai Rasionalisme dari Kepercayaan Terhadap Agama
Argumentasi:
Flew
Ia menantang orang-orang Theis untuk memberi pernyataan
bahwa dalam  kondisi apa terpaksa harus  meninggalkan iman mereka
Flew berpendapat jika seseorang tidak dapat memberi pernyataan
kondisinya sehingga memalsukan imannya, maka ia tidak memiliki iman yang berarti

Jadi apabila mereka tidak dapat memberi bukti dan pernyataan dan alasan
untuk meninggalkan iman mereka, maka mereka tidak mempunyai iman yang berarti
Apabila tidak ada sesuatu alasan dan tantangan terhadap iman, maka mereka tidak
dapat menentukan pilihan yang benar
Kebenaran yang sungguh harus melalui koreksi atau penelitian rasional yang cermat
Jadi agama tidak dapat menjadi subyek penelitian rasio yang cermat


Illustrasi:
Atheists: Di kebun tidak ada orang, tidak ada penjaga, tidak ada tukang kebun.
Di dunia tidak ada Allah, karena ia tidak kelihatan, tidak dapat disentuh
Jadi Allah dikatakan sebagai bapa yang mengasihi anak-anaknya itu
tidak benar, karena ada banyak anak-anak yang meninggal di meja operasi
karena kanker, orangtuanya begitu menderita, tapi nampaknya Tuhan tidak
peduli sama sekali

Theists/Flew: Di kebun tidak ada tukang kebun, tapi ada penjaga kebun yang tidak kelihatan
walaupun ia tidak dapat disentuh, tidak dapat dirasakan, dan tidak kelihatan.
Demikian juga Allah ada di dunia ini sebagai bapa yang mengasihi anak-anaknya.
Kasih Allah itu bukanlah seperti kasih manusia (not merely human love), tapi kasih
Yang tidak dapat dimengerti, kasih yang gaib, ttidak dapat diduga
Allah mengasihi kita walaupun IA tidak eksis

Menurut Hare:
Ini merupakan jalan yang salah dalam menjelaskan iman
Karena iman mengandung asumsi-asumsi yang salah
yang mengendalikan kepercayaan seseorang yang ia sebut sebagai “Bliks”
Ada “bliks” yang waras dan ada “bliks”  yang tidak waras.
Ini merupakan ketidakwarasan seseorang dan kita harus menyelamatkannya
Bahkan para scientists juga memiliki asumsi seperti itu.
Iman dan rasio tidak dapat dijelaskan dalam waktu yang
bersamaan, ada rasio yang dapat disatukan ada rasio
yang harus dipisahkan sama sekali dari iman.
Keberadaan Allah harus diterima dengan iman bukan rasio
sedangkan kebenaran rasio tidak dapat diterima dengan iman

Michell:

Michell memilih suatu kedudukan atau posisi yang kompromi tanggapan rasional memasuki perdebatan iman, tapi seseorang tidak dapat mengatakan sesungguhnya bukti-bukti adalah cukup untuk menyalahkan kepercayaan agama, Walaupun tanggapan rasional memberatkan iman, orang percaya tidak boleh menerima keputusan yang rasional  tersebut walaupun tanggapan rasional bertentangan dengan iman, orang percaya tidak dapat membiarkan hal ini menentangnya dengan keputusan. Ornag percaya tidak dapat dilekatkan pada observasi, melainkan  iman Iman tidak melibatkan observasi Illustrasi: Pada waktu perang, seorang prajurit bertemu seseorang yang asing yang sangat membuatnya impress dan malam itu mereka tinggal bersama-sama Pada malam itu orang asing ini mengatykaan bahwa dia adalah lawannya kemudian orang asing ini memintanya untuk percaya kepadanya apapun terjadi pada kesempatan lain orang asing ini melihat temannya itu ditahan, lalu ia mengatakan, orang ini ada dipihak kita. Lalu teman lain mengatakan, bagaimana anda dapat mengatakan orang Ini ada dipihak kita tapi ia adalah orang yang bersalah. Jadi orang yang tidak setuju dengan kita mengenai masalah iman tidak selalu adalah musuh kita.

Mengapa Tidak Irrasional Untuk Menjadi Seorang Theis
Why it is irrational to be a theis
Bertrand Russel: 
Argumentasinya:

Keberadaan Allah adalah tidak berlaku, dan ada persoalan “evil” menentang atau menyalahkannya, sebagai orang yang rasio, yang hanya percaya kepada proporsi iman dari proporsi bukti, harus menyimpulkan bahwa kasus dari orang theis itu begitu miskin, sehingga orang yang rasional tidak dapat menjadi orang Theis


C.S. Lewis/Filosopher Inggris, pendidikan dari Oxford University, Professor dari Cambridge University Belief in God is Rational
Argumentasi:
Ia menelusuri proses iman dari spekulasi logika yang mana tuntutan dan keraguan itu tepat. Hubungan pribadi yang logika dengan iman membuat pengalaman agama itu self-comfirming, overwhelming, dan meragukan Memang ada banyak orang beragama/orang percaya mereka merasa cukup dengan iman dan tanpa bukti rasio, Tapi orang percaya tidak menydari bahwa semua kepercayaannya Itu tidaklah kebal terhadap segala tuntutan realitas biasanya orang-orang yang beragama dan tidak berpendidikan memiliki pandangan ini memang scientists di laboratorium itu percaya secara fakta bahwa mereka mempunyai istri, teman- dekat, dan itu tidak perlu dibuktikan namun penemuan-penemuan di labboratorium itu harus dibuktikan sehingga kita tidak menjadi “solipsisme”, bahwa dalam dunia ini bukanlan hanya ada “saya” yang benar.

Kesimpulan:
Dari seluruh argumentasi diatas kita dapat melihat Betapa orang-orang ingin mengetahui kebenaran Mereka ingin mempertahankan kebenaran sesuai dengan apa yang dialami dan dipandangnya Mereka juga ingin mencari kebenaran itu yang sesuai dengan apa yang diharapkannya mereka juga berusaha untuk meyakinkan orang mengenai kebenaran yang mereka miliki Mereka ingin merasionalitaskan kebenaran yang irrasional Mereka ingin mengirrasionalkan kebenaran yang rasional. Jadi dalam filsafat agama kita akan selalu berurusan dengan isu-isu kebenaran.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama