Love |
Membela
Orang Yang Terkucil
“Aku pun tidak akan menghukum engkau” (Yohanes 8:11),
dalam nats ini tampak seolah-oleh Yesus membela seorang perempuan berzinah yang
ingin di lempari oleh orang-orang Farisi. Dalam bahasa Latin dikenal dengan
judul Pericope Adulterae[1] atau Pericope de Adultera
Dalam bahasa Yunani kalimat pertama diatas menggunakan istilah “Ouvde. evgw, se kri,nw” King
James Version menerjemahkannya dengan Neither do I condemn thee. kalimat Oude ego se krisvo memiliki beberapa
makna jika kita menyorot secara khusus kata “Ouvde” (Oude) merupakan penghubung negatif, atau kontras/berlawanan
kepada objek. Hal ini mengasuskan ketidaksetujuan, ketidakmauan subjek yang
ingin bertindak. Secara literal diartikan: dan
tidak, tidak akan, bahkan tidak, juga tidak Objek yang dimaksud disini
adalah perempuan berzinah. Dan berikutnya kata “kri,nw”(krino) dapat diartikan, terpisahkan, membedakan. dalam
pengertian lain mengikutsertakan untuk diadili atau dihakimi, pantas untuk
dihukum.
Nah, maka jelas untuk kita pahami dalam kalimat ini Yesus
sedang mengucapkan kata penolakan kepada perempuan berzinah, yaitu ia menolak
untuk menghukum, walaupun secara dunia perempuan tersebut pantas untuk dihukum.
Maka terjemahan secara gramatikal yang lebih cocok untuk konteks ini yaitu dan aku bahkan tidak akan menghukum engkau. Apa
yang dapat kita lihat daripada perkataan Yesus ini?
Hal pertama yang kita lihat adalah didalam budaya Yahudi
seorang perempuan yang ketahuan berzinah akan dihukum, akan tetapi mirisnya
hukum Yahudi adalah mereka dilarang berzinah akan tetapi jika mereka tidak
ketahuan berzinah tidak termasuk melanggar hukum. Xavier Leon-Dufour dalam
bukunya Ensiklopedi Perjanjian Baru
menuliskan: “Zinah, yaitu hubungan seksual antara laki-laki (yang sudah atau
belum beristri) dengan perempuan yang sudah bersuami dilarang oleh Hukum, sebab
hubungan yang demikian memperkosa hak milik suami terhadap istrinya. Kedua
pelaku zinah harus dihukum mati, biasanya dirajam oleh seluruh masyarakat,
sebab pelanggaran itu menodai seluruh masyarakat. Apa yang dahulu berlaku bagi
perempuan saja.”[2]
Hukum rajam (stoned to death) adalah hukum (Syari'at)
milik kaum Yahudi dan sejak zaman dulu sudah diterapkan oleh kaum Yahudi. Bagi
pelaku zinah diberlakukan hukuman mati (Imamat 20:10-20) dan rajam sampai mati
(Ulangan 22:22-24).
Selepas melihat itu semua, pertanyaan mengapa kira-kira
Yesus tidak menghukum perempuan tersebut, apakah karena kasih semata?
Seluruh peristiwa ini adalah perbesaran yang paling
menarik perhatian Yohanes 1:17 “sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi
kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus,” Anugerah atau kasih
karunia Allah tak pernah bentrok dengan hukum-Nya, tetapi sebaliknya, menyokong
kekuasaannya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih
karunia akan berkuasa “oleh kebenaran” untuk hidup kekas, oleh Yesus Kristus,
Tuhan Kita” (Roma 5:21). Dan kita lihat bahwa Kristus mampu memecahkan
persoalan daripada perempuan berzinah. Maka disini dinyatakan bahwa Ia tidak
lain daripada “Allah menyatakan diri di dalam daging”. Untuk masalah ini
sendiri salah satu tafsiran Yohanes yaitu Tafsiran
Injil Yohanes yang ditulis oleh Arthur W. Pink memaknai hali ini adalah
bukan hanya untuk menyatakan kasih atau anugerah Yesus semata namun lebih
memberatkan kepada “bagaimana anugerah
bisa berkuasa dalam kebenaran, adalah sebuah problema yang hanya bisa
dipecahkan oleh Allah saja.”[3] Kristus disini pun tidak
berbicara sebagai hakim, tetapi tetap sebagai hamba. Nah, mungkin sebagai
manusia kita bukanlah orang yang memiliki kuasa untuk melakukan seperti Yesus
ini. Akan tetapi inilah kuasa daripada anugerah Yesus yaitu kebenaran dan
keadilan.
Didalam Matius 20:34 juga Yesus memiliki pelayanan yang
memiliki kisah yang mirip seperti ini yaitu mengenai belas kasihan kepada
seorang buta yang bernama Bartimeus, kata Tergeraklah: “splagcnisqei.j” kata
tersebut mengarah kepada Yesus, didalam Alkitab Terjemahan King James
dituliskan dengan kata had compassion, Dalam bahasa Yunani kata splagcnisqei.j adalah kata kerja partisip aoris pasif nominatif maskulin
tunggal, dalam tata bahasa seperti ini dimaknai bahwa hati Yesus langsung tergerak,
karena menggunakan bentuk aoris. Terjemahan dalam bahasa asli yaitu dengan
istilah have pity (merasa kasihan), feel sympathy (merasa simpati) Dalam
pelayanan Yesus disertai dengan rasa tergerak, tergerak dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yaitu keinginan; inisiatif; yang berasal dari hati. Disini
Yesus tengah berinisiatif untuk menyembuhkan orang buta dijalan yang tidak
berdaya oleh belas kasihan yang ada dihati Yesus.
Kemudian didalam Lukas 18:40,
tindakan Yesus juga terlihat disana peneliti menyorot frasa berhenti dan menyuruh membawa, ini
terjadi ketika Yesus mendengar jeritan orang terkucil tersebut dan ketika akan
menyuruh muridnya untuk memanggil orang buta tersebut. Kata berhenti dan
menyuruh mereka dalam bahasa Yunani digunakan istilah “evke,leusen auvto.n avcqh/nai pro.j auvto,n”, “stood” and “commanded” him to be brought unto him
(KJV), “stopped” and ordered the man to be brought to him (NIV). “berhenti”
dalam KJV diterjemahkan “berdiri”, kalimat-kalimat diatas menyatakan dimana
konteksnya pada saat itu Yesus tengah berdiri ketika berhenti. Kemudian ia
“menyuruh” KJV menerjemahkan dengan istilah “memerintahkan” dan NIV menuliskan
“memesankan” dan TB “menyuruh”. Maka kita simpulkan bahwa kata menyuruh bahwa
Yesus tengah memberi arahan, perintah kepada muridnya untuk membawa orang buta
pada saat di berhenti. Kemudian kata “membawa” secara konteks diterjemahkan
membawa orang yang buta tersebut. Maka jika kita leburkan atau padukan
makna-makna dari beberapa bahasa diatas sehingga kalimat tersebut dapat
diterjemahkan: Yesus berhenti dan berdiri
kemudian lekas menyuruh untuk membawa orang buta itu.
Ditemukan juga dalam Markus 10:49, Yesus memerintahkan
murid-murid-Nya untuk membawa orang buta itu kepadanya, “Panggillah dia!”, commanded
him to be called (KJV), said, "Call him here." (NAS), said,
"Call him. (NIV). Kata panggil yang digunakan adalah “fwnh,sate”, kata
imperatif aoris aktif orang ke-2 jamak dari kata “fwne,w” “bersuasa”,
“memanggil”, “berteriak”- dengan penuh penekanan. Kata memanggil disini
digunakan dengan kasus imperatif atau perintah, ditambah lagi bentuk waktu
aoris sehingga harus segera dilakukan. Kata panggilah dia dapat kita maknai
bahwa kata poneo merupakan kata yang memanggil memiliki sifat seperti keadaan
genting, perlu, mendadak, sehingga dengan kasus kalimat perintah. Nah kita bisa
menerjemahkan kalimat frasa ini menjadi lalu
Yesus... dan berkata: ”segera kau panggil dia kemari!”.
Maka terlihatlah tergeraknya hati Yesus serta
tindakannya untuk memanggil dan berbelas kasihan kepada Bartimeus yang
terkucil, buta, dan pengemis. Demikianlah pengharapan yang telah dipersiapkan
oleh Yesus secara umum kepada setiap orang, namun apakah setiap orang mengejar pengharapan
dari pada Yesus itu? ketika kejadian di Yerikho ini terjadi, sungguhlah orang
buta tersebut sangat senang, dan kehidupannya benar-benar berubah. Menurut J.J
De Heer dalam bukunya Tafsiran Alkitab
Injil Matius Pasal 1-22 nats ini menekankan empat hal: “1) Yesus adalah Mesias, yang dijanjikan
dalam PL (ayat 30), 2) Mesias itu,
walaupun raja besarm mempunyai perhatian yang penuh terhadap setiap orang yang
percaya (ayat 32), 3) kita perlu
bertekun dalam doa (ayat 31), 3) para
pemimpin Israel “buta juga”, sedangkan pengemis yang buta itu mulai melihat
secara rohani dan badani; pada segala abad terdapat orang-orang yang terkemuka
dan yang “terpelajar,” tetapi yang sebenarnya buta.”[4]
Frasa-frasa diatas merupakan indikasi daripada
tindakan, ekspresi, kasih, anugerah, dan kuasa yang ditampilkan Yesus. Selepas
ketika peneliti sudah membahas mengenai bagaimana Yesus menyembuhkan banyak
orang, hal lain yang berciri khas lagi yaitu dalam nats-nats yang di analisa
disini menceritakan tentang indikasi atau perbuatan nyata daripada keilahian
Yesus didalam pelayanannya. William Barclay dalam bukunya Pemahaman Alkitab Setiap Hari menuliskan:
“bagi Yesus adalah senantiasa lebih untuk berbuat daripada berkata-kata.
Kata-kata selalu menempati tempat kedua dari pada perbuatan. Disini manusia
sedang membutuhkan pertolongan. Kata-kata harus berhenti dan perbuatan
mulai.... orang-orang dapat saja menghormati seoran gorator tetapi mereka
mengasihi seorang dengan tangan yang siap menolong. Orang mengagumi seorang
dengan akal dan pikiran yang hebat tetapi mereka mengasihi seorang dengan hati
yang besar.”[5]
Maka dari pernyataan tersebut kita bisa memahami
bahwa semua tindakan Yesus berkompetensi dalam sosial ketika ia memberitakan
Injil Kerajaan Sorga, Mengajar, Menyembuhkan, ekspresi, kasih, anugerah, dan
kuasa yang ditampilkan Yesus semua adalah hal yang sungguh luar biasa yang
sangat sulit dilakukan oleh manusia pada umumnya. Karena melakuakan hal ini
bukan saja dari perjuangannya tetapi hidup dan mati Yesus dalam pelayanannya.
[1] Dieja "peˈrikope
aˈdulterai" dalam Latin klasik.
[2] Leon-Dufour, Xavier, Ensiklopedi Perjanjian Baru, (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1990), 613
[3] W. Pink, Arthur, Tafsiran Injil Yohanes, (Surabaya:
YAKIN, 1945), 163
[4] De Heer, J.J, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1-22. 403
[5] Barclay, Wiliam, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Lukas. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2009), 343
Posting Komentar