Gospel of John |
Penulis Kitab Yohanes
Kepentingan untuk mencari tahu siapa
penulis kitab akan lebih mengetahui ciri khas dari sebuah kitab tersebut.
Sehingga perlu untuk mengetahui siapa penulis kitab Yohanes untuk memuat lebih
banyak informasi yang akan di ulas dalam penelitian ini. Sebagian besar buku
terbitan masa kini dimulai dengan halaman judul yang mencantumkan nama
pengarang atau penulisnya. Tetapi lain halnya dengan Injil Yohanes. Sejak
pertama kali terbit, Injil ini tidak mencantumkan nama penulisnya. Dalam Yohn
21:20 menuliskan “murid yang dikasihi Yesus”, atau “murid”, yang bersaksi
tentang semuanya ini dan kita tahu bahwa kesakisan itu benar.”
Di satu pihak tidaklah penting mengetahui
nama penulis Injil ni sebab penulis yang sebenarnya adalah Roh Kduus. Tuntunan
Roh kudus yang melatarbelakangi kesaksian manusiawi, gamblang diakui di
beberapa bagian Injil ini. Kitab-kitab lain, Kitab Ibrani misalnya, penulisnya
juga tidak dikenal. Dan pengilhamannya oleh Roh Kudus dan keabsahannya sebagai
kanon tidak perlu dipertanyakan. Kendati demikian, ada baiknya (demi
kepentingan penuturan) menerangkan peranan manusia di balik penulisan suatu
kitab. Dan berkaitan dengan injil, yang adalah laporan serentetean peristiwa,
kelayakan dengan historis dan kredibilitas penulisnya sebagai saksi mata .
harus sungguh-sungguh dinalat dan diperhitungkan .
Sejak abad-abad pertama, Yohanes anak
Zebedeus, dianggap sebagai penulis Injil keempat. Dia salah satu dari ketiga
murid yang paling dekat dengan Yesus diantara kedua bleas muridnya, dan yang
pada kemudian hari termasuk seorang dari antara pada rasul yang memimpin gereja
perdana (Mark 1:19-20; 9:2; Kis 4:1 dst, 8:14, dsd). Ada banyak alasan kuat
yang mendukung pendapat ini. Peneliti membedakan antara alasan-alasan internal (bukti yang terdapat di Inil itu sendiri)
dan alasan-alasan eksternal (bukti
yang berasal dari penulis lain pada abad-abad pertama).
Bukti internal kepenulisan Yohanes paling jelas diringkaskan oleh Wetcott,
“yang mengatakan ada petunjuk dalam Injil itu sendiri bahwa penulisnya: a)
seorang Yahudi b) Yahudi asal Palestina, c) saksi mata, d) rasul, dan e) Rasul
Yohanes.”[1]
Kendati setiap butir itu dipertanyakan
kebenarannya, argumentasi Westcott tidak kunjung tersangkal secara keseluruhan.
“Bahwa penulis pasti orang Yahudi, jelas dari banyaknya sebutan tentang
kebiasaan-kebiasaan Yahudi, juga tentang topografi, budaya dan sejarah Yahudi.
Ciri kebudayaan itu juga muncul dalam gaya pengajaran Yesus. Untus terakhir ini
baru dipahami sejak penemuan kitab-kitab Laut Mati di Qumran pada tahun 1947.
Dalam kitab-kitab temuan itu dijumpai alam pemikiran yang sesuai dengan keadaan
di palestina pada abad pertama.”[2]
Beberapa kali dalam Injil Yohanes, Penulis
mengat bahwa ia adalah saksi mata (bdk 1:14; 19:35; 21:24; 1 Yoh 1”3-5),
kemudian bahwa penulsi pasti adalah salah seorang dari kedua belas murid sebab
ia mendapat tempat penting pada perjamuan malam terakhir (13:1, dst, ay 23).
Menurut Mrk 21:24, yang hadur waktu itu hanyalah kedua belas murid Yesus. Inti
perdebatan antar penafsir adalah siapakah murid
yang dikasihi Yesus, yaitu penulis menurut pasal 21:24, adalah Yohanes anak
Zebedeus? Panggilan itu baru muncul di akhir kitab (13:23; 19:26; 20:2-10).
Sekarang peneliti akan membahas
mengenai bukti ekstenal dari tokoh penulisan Injil Yohanes, Bukti eksternal
yang menyatakan bahwa Yohanes adalah penulis Injil Yohanes cukup banyak. Sama
seperti kitab-itab PB lainnya, ada sejumlah sumber tertulis dari abad-abad pertama
yang menyatakan bahwa penulis Injil ini adalah Yohanes. Kendati semua sumber
itu perlu diuji kebenaranya dengan kritis, kesaksian semua sumber itu sangat
penting. Sebab, kesaksian itu jauh lebih dekat pada naskah-naskah asli daripada
para ahli masa kini.
Saksi utama adalah Ireneus, Uskup
Lyon, yang menulis pada paruh kedua abad kedua. Dalam tulisannya ia melaporkan
bahwa Yohanes, murid Yesus, menulis Injil, menerbitkannya di Efesus dan masih
hidup sampai pemerintahan Kaisar Trayanus (98 M). sekasksian Ireneus ini
bertambah penting meningat selama masa pelayanannya di Lyon, ia bertumbuh erat
dengan jemaat urama di Roma, sehingga keyakinanya pasti mempunyai dasar yang
kuat.
Waktu Penulisan
Tentang waktu kapan Injil ini
dikarang, perlu diperhatikan suatu hal pada penghabisan Injil ini, sebenarnya
dalam 20:30, sudah merupakan akhir dari kitab ini. Ada anggap bahwa pasal 21
adalah tambahan orang lain (ayat 24). Mereka yang menambahkan bagian ini dan
oknu tersebut dianggap adalah murid-murid karib Yohanes. Waktu Yohanes
meninggal, ternyata bawha ada kalangan yang kecewa karena mereka menyangka
bahwa Yesus sendiri telah menjadikan bahwa ia tidak akan mati. Kesalahpahaman
itu dikoreksi dalam ayat 23. “Kesempatan itu digunakan lagi untuk menjelaskan
tentang penerimaan Petrus kembali dan cara ia mati, jadi Injil ini dalam
bentuknya yang sekarang diterbitkan setelah Yohanes meninggal. Waktu apakah itu
terjadi keterangannya hanya terdapat dalam tradisi gereja, dan tradisi itu
saling berlawanan! Merebut beberapa pengarang lama, Yakobus dan Yoahnes
kedua-duanya mati syahid, dan menurut kebanyakan pangarang lain, mereka mati
Bersama di Yerusalem”[3]
Tempat Penulisan
“Di dalam Injil ini tak ada
tanda-tanda apa pun yang menunjuk kepada tempat tertentu. Menurut tradisi,
mulai sejak Ireneus Yohanes meninggal di Efesus. Bagaimanakah Yohanes sampai ke
sana? Dari sejarah gereja kita mengetahui bahwa orang-orang Kristen menyingkir
ke desa Pella – di sebelah timur Sungai Yordan (bnd. Mat 24:15) waktu kota
Yerusalem hendak dikepung oleh tantara Roma (tahun 68). Kemudian separuh lagi
tersebar kemana-mana. Mungkin Yoahnes dengan beberapa teman pergi ke Efesus ,
lalu menetap di situ (tahun 80).”[4]
Isi Injil Yohanes
Isi kitab merupakan kandungan
informasi yang terdapat atau tertulis dalam sebuah kitab tersebut. Kunci dan
Injil Yohanes termuat dalam penyataan penulis dalam Yohanes 20:30-31 “memang
masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang
tidak tercatat dalam Kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah
dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. Menurut C. Tenney, dalam
bukunya Survey Perjanjian Baru. Menyatakan
ada tiga yang menonjol dalam uraian yang singkat dari pada teks Yohanes
20:30-31 yaitu tanda percaya, hidup. Kata yang pertama mengandung petunjuk tentang
susunan Injil ini di seputar sekumpulan mukjizat, yang secara umum setara
dengan yang tercatat dalam Injil Sinoptik, namun disebut tanda karena maknanya yang khusus di dalam Injil ini. Ketujuh
mukjizat ini dilakukan oleh Yesus di muka umum bagi orang lain atau bagi
kepentingan orang lain. Mereka menggambarkan wawasan kekuasaanNya yang
berbeda-beda, dan keseluruhan yang menyandang kesaksian kea rash doktrin utama
Injil ini, yakni keilahian Yesus, Mereka dapat dikelompokkan sebagai berikut:[5]
Kata kedua percaya, adalah kata kunci Injil ini, yang diulang hingga Sembilan
puluh delapan kali. Pada umumnya ia diterjemahkan menjadi percaya, meskipun
adakalahnya dipakai kata mempercayakan atau penyerahan. Biasanya artinya adalah
pemberitahuan tentang suatu pernyataan pribadi, atau suatu pernyerahan diri
seutunya kepada Kristus.
Dan kata ketiga adalah hidup: dalam
gaya Bahasa Yohanes ia adalah rangkuman dari segala sesuatu yang dikaruniakan
kepada orang yang percaya melallui penebusannya. Ia adalah pengalaman tertinggi
yang mungkin dicapai oleh manusia. “inilah”, kata Yesus “hidup yang kekal itu,
dan mengenal Yesus Kristus, yang telah Engkau utus” (17:3). Hidup menruut
Yohanes, bukna sekadar daya kehidupan hewani, atau peristiwa keberadaan
manusia. Ia melibatkan suatu sifat tersendiri, suatu kesadaran manusia. Ia
melibatkan suatu sifat tersendiri, suatu kesadaran baru, hubungan timbal balik
dengan lingkungan dan perkembangan yang terus-menerus. Kristus dihadirkan
sebagai contoh dari kehidupan ini merupakan karunia serta tujuan Allah bagi
semua umat Kristen.
Tujuan Penulisan
Tujuan yang dituliskan adalah pekabaran
Injil, artinya, menghasilkan kepercayaan dalam Yesus selaku Kristus dan Anak
Allah. Catatan tentang tanda-tanda dimaksudkan untuk hasil ini. “Dengan
memperhatikan ini hunjukan-hunjukan sepanjang Injil Yohanes kepada orang
percaya dan yang tidak percaya menjadi penting. Baik cerita-cerita dan
pembicaraan-pembicaraan dipilih untuk memusatkan perhatian kepada tuntutan.”[6] Menurut Merril C. Tenney,
dalam bukunya Survey Perjanjian baru, ia
menuliskan bahwa “tujuan dari Injil ini adalah untuk mempertahankan suatu
keyakinan pada mereka yang membaca atau mendemgar orang membacakannya untuk
mereka. Injil ini dimaksudkan bagi mereka yang telah memiliki sedikit miant
fisafat, seperti yang terliaht pada kata pembukanya, dan yang mempunyai
keinginan yang sama dengan Filipus: “Tuhan, tunjukannlah Bapa itu kepada kami,
itu sudah cukup”[7]
Menurut Charles F. Preiffer, dalam
bukunya Tafsiran Alkitab The Wyclife
Bible Commentary. Menuliskan “pada sisi yang positif maksud penulisan ini
terdapat dalam Yohanes 20:30,31, yaitu agar orang menjadi perycaya bahwa Yesus
adalah Kristus, Anak Allah, sehingga orang itu dapat memperoleh hidup melalui
iman. Pemilihan bahwa diperhitungkan untuk menuju pada kesimpulan semacam itu.”[8]
[1] Westcott E.F, The Gospel According to John, (James
Clarke), vi-xxvii
[2] L. Morris, John;
J.A.T. Robinson, Twelve New Testament
Studies. (SCM: Harper, 1957)
[3] Drs. M.E Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. (Jakarta:
Gunung Mulia, 2012), 71-72
[4] Drs. M.E. Duyverman,
ibid. 73
[5] Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru. (Malang: Gandum
Mas, 2009), 237
[6] A Simanjuntak, dkk. Tafisran Alkitab Masa kIni 3: Matius-Wahyu, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1980), 269
[7] Merril, C. Tennery, Suevey Perjanjian Baru. 244
[8] Charles F. Preffier;
Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible
Commentary. (Malang: Gandum mas, 2001), 299
Posting Komentar