![]() |
True Vine |
Latar Belakang Perumpamaan Pokok Anggur
Sebelum
membahas semua dimensi dan indikator dalam penelitian ini sangat penting untuk
mencari latar belakang daripada konteks nats yang diangkat. Kegunaan mencari
tahu latar belakang daripada sebuah teks maka akan memperkaya informasi dan
bobot dalam penulisan sehingga informasi yang didapatkan berkualitas. Untuk
membahas mengenai latar belakang daripada kisah perumpamaan tentang tanaman
anggur penulis mengaitkan serta mencoba melihat dari pandangan gereja awal yaitu
gereja Ortodoks tradisi Bizantium mengenai teks Yohanes 15:1-10. Di dalam
traisi ini idea mengenai pohon kehidupan di Taman Eden yang terdapat pada permulaan kitab Kejadian
dan didalam kitab Amsal, kemudian dikembangkan dan digabungkan dengan tradisi
mengenai salib Yesus Kristus. Jadi menurut pandangan gereja Ortodoks salib yang
terbuat dari kayu (dan kayu berasal dari pohon) itu menjadi wakil dari pohon
kehidupan. Yesus Kristus yang tersalib dan mati itu, sebenarnya merupakan
sumber dari kehidupan (baru). Salib yang adalah lambang kematian berubah
menjadi lambang kehidupan. Idea berupa kombinasi pohon kehidupan dan salib ini
kemudian mewarnai kehidupan dan pohon kehidupan adalah Yesus Kristus. Meskipun
sama-sama setuju bahwa salib adalah kemenangan atas dosa dan maut, berbeda
dengan tradisi Kristen Barat-Latin yang lebih menekankan salib sebagai
kemenangan atas dosa, tardisi Kristen Timur Yunani lebih menekankan salib
sebagai kemenangan atas maut. Oleh karena orang Kristen di Indonesia mewarisi
tradisi Barat-Latin, maka kita lebih biasa dengan pemahaman yang pertama, dan
hal itu mewarnai interpretasi peneliti mengenai Yohanes 15.
Pada
kesempatan ini peneliti akan mencoba mendekati teks melalui pendekatan yang
kedua. Ada sebuah gambar dari sebuah ikon[1] Bizantium yang berasal
dari abad ke-17, yang mengambarkan Yesus sebagai Pohon Kehidupan (lihat gambar)
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “ikon” (kata benda) yang berartikan
lukisan, gambar, gambaran pada panel kayu yang digunakan dalam kebaktian gereja
Kristen Ortodoks. Yesus memegang Kitab Suci, dan sekaligus dan itu menggambarkan
apa yang dikatakan Yohanes 15:7 mengenai murid-murid yang harus tinggal di
dalam Yesus dan FirmanNya tinggal di dalam mereka. Di atas kepala Yesus ada
gambar burung yang melambangkan Roh Kudus penghibur (Yoh 14:15-31. Pohon
Kehidupan digambarjan sebagai pohon besar yang kokoh dan mempunyai banyak
cabang. Jelaslah bahwa ini bukan pokok anggur seperti biasanya diketahui
dikebun-kebun anggur. Kita hanya bisa menandainya sebagai pokok anggur oleh
karena ada tandan-tandan buah anggur yang digambarkan bergelantungan disetiap
cabang. Disetiap cabang ada gambar dari para murid, yang jumlahnya 11 orang,
rupanya dengan mengingat bahwa ketika Yesus berbicara dengan murid-murid, Yudas
sudah pergi (Yoh 13:30) 5 diantara 11 murid ini memegang kitab, sedangkan yang
tidak memegang kitan, memegang buah anggur, tetapi ada juga yang memegang kitab
dengan tandan buah anggur didekatnya. Apa artinya? Karena Alkitab sudah
dipegang oleh Yesus, maka peneliti menafsirkan kelima kitab itu sebagai
karya-karya teologis penting dalam tradisi ortodoks, dan dengan demikian gambar
murid-murid di dalam ikon ini tidak perlu diartikan murid-murid dan rasul-rasul
yang mengenal Yesus secara pribadi saja, tetapi juga penerus-penerus mereka di
zaman-zaman yang lebih emudian. Nanti di dalam uraian tafsir yang lebih rinci
saya mau memberi tafsiran yang agak "nakal" terhadap gambar tersebut.
dan diatas terdapat gambar seirang tua dengan oakaian berwarna terang, dan
biasanya tokoh seperti itu mengambbarkan Tuhan Allah. Seperti biasa dalam
tradisi Ortodoks, Allah Tritunggal selalu muncul dalam setiap kesempatan
Peran Allah Tritunggal (Ayat 1)
Yesus
Sebagai Pokok Anggur
Kata “Akulah”; “pokok anggur yang
benar”, kedua kata ini terkait, tidak terpisahkan sama sekali. Dimulai dari
kata “pokok anggur”, secara umum setiap tanaman memiliki pokok sebagai dasar
dan penyangga utama pada setiap bagian-bagian terpenting dalam tumbuhan. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengartikan “pokok sebagai batang kayu dari pangkal ke
atas; pokok kayu”[1],
maka tanaman anggur dalam budaya agraris bangsa Yahudi zaman dahulu adalah
pokok anggur memiliki perhatian tersendiri. Jika ditinjau dari makna bahasanya pokok
anggur dalam KJV menuliskan vine bahasa
Yunani menuliskan a;mpeloj (ampelos) artinya
vine (tumbuhan anggur), grapevine (pohon anggur) dalam bentuk kata benda
feminim. Tidak ada makna bahasa yang khusus atau makna kiasan dari pokok anggur
jika didalam konteks kisah perumpamaan, sehingga pokok anggur dapat
diterjemahkan harfiah yaitu pohon anggur,
batang pohon anggur akan tetapi kata "akulah pokok anggur" tidak
juga tepat jika diartikan "Aku seperti pokok anggur". Itu berarti
kata tersebut mempergunakan bahasa metafora yang bukan hanya sekedar bahasa
kiasan. Secara harfiah Yesus jelas bukan pokok anggur, tetapi hal tersebut
tidak bisa dimengerti tanpa gambaran pokok anggur. Kira-kira kekuatannya sama
seperti menyebut Allah sebagai "Bapa", Allah jelas tidak sama dengan
semua bapa di dunia ini, yang merupakan laki-laki dan punya anak secara
biologis. Tetapi Allah tidak dapat dimengerti tanpa gambaran Bapa.. Kemudian kata ini digandeng dengan
kata sifat yaitu “true” (benar), pokok anggur yang benar h` avlhqinh. (he
alethine). Di dalam Perjanjian Lama ada juga ungkapan pokok anggur yang benar
(Yer 2:21) (ibrani: emeth).” Maksudnya pokok anggur tersebut yang dijamin pasti
berbuah banyak dan baik, tidak busuk. Septuaginta mengartikan alethine yang berarti "benar,
sejati" dan pengaruh hasilnya kelihatan dalamnya. Mengapa masih perlu
diterangkan demikian? Apakah ada pokok anggur yang tidak benar? Seorang
professor E.G Singgih menjawab ini dalam artikelnya Ranting-Ranting dari Pohon Kehidupan menuliskan:
“Dunia ini selalu
mengklaim diri sebagai pokok anggur, sebagai sumber kehidupan, tetapi
sebenarnya dunia inipun bersumberkan pada Yesus Kristus sebagai pohon
kehidupan.”[2]
Dari penyataan diatas E.G Singgih memiliki perspektif
bahwa dunia ini dan segala hal didalamnya tidak akan dapat memberikan hidup
yang sejati kecuali menjadikan Yesus sebagai pohon kehidupan.
kata “Akulah” dalam perikop ini
merupakan ungkapan “akulah” yang ketujuh dalam kitab Yohanes. menggunakan kata VEgw, eivmi “ego eimi”, ungkapan yang
sarat mengenai siapa Allah atau diri Allah, dalam Perjanjian Lama kata ego eimi dituliskan kepada Allah yang
hidup Allah orang Israel yang menyatakan dirinya ada dan dialah satu-satunya
Allah yang hidup dan ada kepada nabi Musa. Ungkapan ego eimi merupakan nama yang sakral bagi tradisi Yahudi dalam KJV
menuliskan I AM THAT I AM hy<+h.a,( rv<åa] hy<ßh.a,( dalam artian yang paling tepat “Akulah yang Aku ada”. Artinya
dari konteks Bahasa bahwa pengakuan Yesus sebagai pokok anggur merupakan Ia
yang mengklaim bahwa dirinya adalah Allah yang sejati itu. Maka pernyataan
“Akulah pokok anggur yang benar” merupakan the
truth claim dari Yesus sendiri. Arti yang tepat dari kata
aslinya alethinos yaitu benar,
sungguh-sungguh, asli ialah ini. Maka dapat diterima dua hal daripada analisis
ini yaitu: 1) Ia adalah “ego eimi” sebagai
pokok anggur maka bagi orang percaya tidak mungkin akan meragukan lagi kepada
siapa ia harus bersandar untuk mendapat hidup; 2) ia adalah pokok anggur satu-satunya tidak ada suatu apapun didunia
yang dapat memberikan hidup yang sejati yang didalamnya mereka akan memperoleh
kuasa untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasih yaitu buah-buah Roh, hanya
Yesuslah pokok anggur yang benar.
Adalah kenyataan yang aneh bahwa di
dalam PL yaitu bahwa simbol pokok anggur tidak pernah digunakan, kecuali dalam
pengertian degenerasi. Mungkin sebutan PL terpenting dalam hubungannya dengan
klaim Yesus, akulah pokok anggur yang
benar (ay 1) adalah Mazmur 80, yang memadukan ungkapan tetang Israel
sebagai “pokok anggur dari Mesir” (Mzm 80:9) dengan “anak manusia yang telah
Kau teguhkan bagi diri-Mu” (Mzm 80:18). Tetapi pokok anggur itu “dibakar dengan
api” (Mzm 80:17). Israel telah gagal dalam peranan jangka Panjang yang diharapkan
Allah darinya, yaitu untuk menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” (Yes 49:6), dan
untuk membawa keselamatan Allah “sampai ke ujung bumi”. “Pemilihan Israel
bertepatan dengan janji berkat Allah bagi bangsa-bangsa”. Namun, Israel lebih
tertarik pada dewa-dewi dari bangsa-bangsa di sekelilingnya, ketimbang pada
potensinya untuk merasuki bangsa-bangsa itu sebagai utusan Allah. Penyelewengan
Israel dari maksud Allah, yang sudah berlangsung berabad-abad, sekarang
mencapai titik terendahnya dalam penolakan dan penyaliban Sang Mesias, serta
penolakan kerajaan Allah (bdn Yoh 19:15). Meskipun demikian, maksud Allah yang
diabaikan Israel melalui kemurtadannya, tidak akan gagal. Maksud itu dipegang
teguh oleh Dia yang sekarang berdiri di tengah Israel, dan di antara
murid-muridNya. ( saran: apa makna khusus mengenai pokok anggur
(kepentingan, social, keluarga, ekonomi, budaya, dll)
Setelah
peneliti menganalisa tentang Yesus sebagai pokok anggur sumber hidup setiap
orang, berangkat dari situ ada beberapa penafsiran membandingkan Yesus sebagai
pokok anggur yang benar dengan orang Israel sebagai pohon anggur yang rusak.
Dalam hal ini William Barclay menuliskan : “Jesus
calls himself the true vine. The point of that word ALETHINOS, true, real,
genuine, is this. It is a curious fact that the symbol of the vine is never
used in the Old Testament apart from the idea of degeneration. The point of Isaiah’s
picture is that the vineyard has run wild. Jeremiah complains that the nation
has turned into ‘degenerate and become a wild vine.’ It is as if Jesus said:
‘You think that because you belong to the nation of Israel you are a branch of
the true vine of God. But the nation it is; a degenerate vine, as all your
prophets saw. It is I who am the true vine. The fact that you are a Jew will
not save you. The only thing that can save you is to have an intimate living
fellowship with me, for I am the vine of God and you must be branches joined to
me.’ Jesus was laying it down that not Jewish blood but faith in him was the
way to God’s salvation. No external qualification can set a man right with God;
only the friendship of Jesus Christ can do that”[3]
(Yesus menyebut diriNya sendiri pokok anggur yang benar. Maksud dari kata
ALETHINOS, benar, sejati, asli, adalah ini. Merupakan fakta yang aneh /
mengherankan bahwa simbol pohon anggur tidak pernah digunakan dalam Perjanjian
Lama terpisah dari gagasan kemerosotan (moral/rohani). Tujuan penggambaran
Yesaya adalah bahwa kebun anggur itu telah menjadi liar. Yeremia mengeluh
karena bangsa itu telah menjadi ‘pohon anggur yang merosot dan menjadi liar’.
Seakan-akan Yesus berkata: ‘Kamu mengira bahwa karena kamu termasuk bangsa
Israel maka kamu adalah ranting dari pokok anggur yang benar dari Allah. Tetapi
bangsa itu adalah pokok anggur yang merosot / membusuk, seperti yang dilihat
oleh semua nabimu. Akulah pokok anggur yang benar. Fakta bahwa kamu adalah
orang Yahudi tidak akan menyelamatkanmu. Satu-satunya hal yang bisa
menyelamatkanmu adalah dengan mempunyai persekutuan yang intim dengan Aku,
karena Akulah pokok anggur Allah dan kamu harus menjadi ranting-ranting yang
berhubungan denganKu’. Yesus sedang mengajarkan bahwa bukan darah Yahudi tetapi
iman kepadaNya merupakan jalan keselamatan Allah. Tidak ada persyaratan
lahiriah bisa membuat manusia benar di hadapan Allah; hanya persahabatan dengan
Yesus Kristus bisa melakukan hal itu).
Akan
tetapi ada beberapa pandangan dari para teolog yang memberi penjelasan mengenai
bahwa Israel merupakan pokok anggur yang tidak baik dan kontras dengan Yesus. Seperti
dituliskan oleh Barret dalam bukunya The
Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the
Greek Text. Mengatakan “bahwa dalam Yeremia 2:21; Yesaya 5:1-7; 27:2-6,
Yehezkiel 15:1-8, dan Mazmur 80:9-16 sebagai nas Perjanjian Lama yang
mengkiaskan Israel sebagai pokok anggur yang
tidak berbuah baik.”[4] Dilanjutkan lagi oleh Carson
dalam bukunya The Gospel According to
John menuliskan “bahwa setiap kali kiasan mengenai sikap hati bangsa Israel
ini dipakai, kegagalan mereka dan ancaman hukuman Allah ditekankan, Tuhan Yesus
menjadi pokok anggur yang benar. Dia
tidak gagal seperti Israel.”[5]
Perumpamaan menjadi salah satu bentuk
pengajaran yang dilakukan Yesus kepada murid-muridNya. Gambaran-gambaran dan
ide-ide tersebut sangat berhubungan terhadap bagian dari warisan bangsa Yahudi.
Di dalam Perjanjian Lama tiap kali Israel digambarkan sebagai pokok anggur dan
kebun anggur Allah. “Kebun anggur Tuhan adalah rumah Israel” (Yes 5:1-7) “Namun
Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan”; itulah merupakan
berita Tuhan kepada Israel melalui nabi Yeremia (Yer 2:21). Didukung oleh Bruce
Milne dalam bukunya Seri Pemahaman dan
Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini Yohanes yang menuliskan “pokok anggur
adalah lambang utama bangsa Israel. Sebuah pokok anggur raksasa dari emas
menghiasi pintu gerbang Bait Allah, dan uang logam yang dicetak di Israel
selama pemberontakan melawan Roma (68-70 sM) juga melambangkan pokok anggur.”[6]
Berbeda
dari pokok anggur yang memusnahkan diri akibat ketidaktaatannya, “Yesus adalah
pokok anggur yang benar.” Dialah Anak yang taat, dan melalui pengorbananNya dan
misi berikutnya, apa yang taat, dan melalui pengorbananNya dan misi berikutnya,
apa yang berabad-abad menjadi maksud Allah bagi Israel akan digenapi,
bangsa-bangsa akan diselamatkan, dan semua kaum dimuka bumi akan mendapat
berkat (Kej 12:2).
Mengenai bangsa itu telah menjadi
pokok anggur yang rusak seperti dilihat oleh semua nabi-nabi. Aku inilah pokok
anggur yang benar. Kenyataan bahwa dirimu adalah orang Yahudi tidak akan
menyelamatkan engkau. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan kamu ialah
mempunyai hubungan persekutuan yang erat dengan Aku, karena Akulah pokok anggur
yang benar dan kamu haruslah merupakan ranting-ranting yang dihubungkan dengan
Aku.
Ketika Yesus memberikan gambaran pokok
anggur ini, Dia tahu benar apa yang Dia sedang katakan. Sampai sekarang ini
pokok anggur tumbuh di mana-mana di palestina. Ia merupakan suatu tanaman yang
minta banyak perhatian jika diharapkan untuk menghasilkan buah-buah yang
terbaik biasanya tumbuh diatas tanah yang berbentuk teras. Tanah yang harus
benar-benar bersih. Biasanya dirambatkan di atas jari-jari; terkadang
membiarkan merambat di atas tanah dengan disangga oleh batang-batang kecil yang
bercabang; terkadang juga tumbuh sekitar pintu rumah; tetapi dimana saja ia
tumbuh persiapan yang cermat mengenai tanah itu tdaklah hal pokok. Ia tumbuh
dengan subur sehingga seteknya harus ditaman pada jarak duabelas kaki satu dari
yang lain, sebab ia akan merambat dengan cepatnya diatas rumah.[7]
Nah, dari semua penjelasan-penjelasan
diatas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa tujuan Yesus berbicara mengenai
pokok anggur adalah ia menyatakan bahwa dirinya berbeda dengan orang-orang
Israel: Yaitu Yesus merupakan pokok anggur yang benar: bahwa ia merupakan
sumber kehidupan, tanpa Yesus tidak ada satupun orang percaya yang akan mampu
melakukan pekerjaan-pekerjaannya. Dan dibandingkan dengan orang-orang Israel
yang merupakan bukanlah pokok anggur dari Mesir, maksudnya mereka sendiri
benar-benar tidaklah memiliki kuasa sebagai tonggak atau pembawa sandaran hidup
bangsa-bangsa terkhususnya dalam rencana keselamatan bahwa mereka sendiri pun
merupakan orang bekas jajahan Mesir. Sehingga selanjutnya Yesus menyatakan
bahwa ranting harus berada pada pokok anggur supaya ia dapat berbuah begitupun
murid-murid harus tinggal dalam Yesus supaya berbuah.
Pernyataan
ini didukung oleh Tasker dalam bukunya Tyndale
New Testament Commentaries menuliskan:
“Jesus’ description of
Himself as the true, or ‘genuine’, vine, implies that Israel had been an
imperfect foreshadowing of what was found to perfection in Himself. He is what
God had called Israel to be, but what Israel in fact had never become. With Him
therefore a new Israel emerges, the members of which draw their spiritual
sustenance from Him alone”[8]
Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa penggambaran Yesus tentang diriNya
sendiri sebagai pokok anggur yang benar atau ‘asli / sejati’ secara tak
langsung menunjukkan bahwa Israel merupakan bayangan yang tidak sempurna tentang apa yang didapati secara
sempurna dalam diriNya sendiri. Allah memang memanggil bangsa Israel untuk
menjadi seperti Dia, tetapi faktanya Israel tidak pernah menjadi seperti Dia.
Karena itu dengan kehadirannya sehingga muncul Israel yang baru, dimana
anggota-anggotanya menyerap makanan rohani dari Dia saja. Sehingga sangat berkesinambungan
akhirnya di ayat 5 Ia menyatakan bahwa murid-murid adalah ranting-rantingnya, artinya
Ia sebagai sumber makanan. Dan Leon Morris juga menyatakan demikian: “Jesus
does not say that the church is the vine but that He is. The church is no more
than the branches which are ‘in’ the vine”[9] (Yesus tidak mengatakan
bahwa gereja adalah pokok anggur tetapi bahwa Ia adalah pokok anggur. Gereja
tidak lebih dari ranting-ranting yang ada ‘dalam’ pokok anggur).
Maka menurut judul perikop ini yang
dituliskan “Yesus sebagai pokok anggur”, maka ini merujuk kepada pemahaman
dasar atau yang fundamental terlebih dahulu bagi orang percaya mengenai “I am
the true vine”, karena tanpa adanya pemahaman ini maka orang percaya akan sulit
untuk mengikuti perintah setelah ayat ini yakni “tinggallah dalam aku”. Kata
“menjadikan” disini adalah secara rohani, batin, ada keyakinan dihati yang
menyatakan bahwa Yesus adalah pokok anggur bagi kehidupan rohaninya; sumber
hidup bagi kehidupan rohaninya dan akan ada resiko ketika hidup tanpanya.
Bapa Sebagai Pengusaha Pokok Anggur
Pada perikop kedua penulisan dalam
judul besar “Peran Allah Tritunggal” fokus kepada subjek yang ada didalam
perumpamaan yang mengelola objek yaitu pokok anggur. Perlunya melakukan
eksplorasi kepada subjek ini adalah karena informasi tentang keberlangsungan
dan ke-eksistensi-an objek akan dapat diketahui. Bahkan didalam keberadaan
sebuah objek terjadi oleh karena adanya subjek yang melakukannya bahkan yang
bertanggung jawab akan objek tersebut.
Keberadaan itu juga yang ada pada
perumpamaan dalam Yohanes 15:1-8, disana disebutkan “Bapa-Kulah pengusahanya”.
Objek mulai disebutkan mulai dari ayat 2. Peneliti memahami teks ini bahwa
Yesus bukanlah objek dalam perumpamaan yang akan diteliti akan tetapi seorang
pengusaha yang mengusahakan pokok anggurnya yaitu tepat pada ranting-rantingnya.
Jikalau pun peneliti menjadikan Yesus sebagai objek yang dikelola, didasari
konteks nats tersebut tidaklah menyatakan demikian karena bukti teks sebagai
analogi tidak ada justru fokus mengarah kepada ranting-ranting, bahkan substansi
keberadaan Yesus dengan Bapa pun tidaklah berbeda. Bahkan keutamaan
kedua-duanya pun samanya penting, Yesus adalah sumber hidup yang tak
terpisahkan dan Bapa juga pengelola yang tak terpisahkan, salah satu dari
keduanya pun tak boleh tidak diikutsertakan. (Perlu
referensi dari buku)
Apabila dianalisis dari tata bahasa
‘pengusaha’ dalam bahasa asli gewrgo,j
(georgos) kasus
nominative dan gender maskulin diartikan sebagai kata umum untuk “petani” KJV =
husbandman; NIV = gardener; NAS = vinedresser, semua kata tersebut dapat
langsung diterjemahkan menjadi petani. Terjemahan sebagi “petani” sangat akurat
dan spesifik didalam konteks perumpamaan jika dibandingkan dengan kata
“pengusaha”, karena kata pengusaha adalah sebuah kata umum terhadap sebuah
usaha. Dr. Singgih menyatakan “kata “georgos”,
dari situ muncul nama orang “George” yang sebenarnya berarti petani.”[10] Mungkin isitlah ini tidak
cocok untuk Allah sehingga menggunakan istilah “pengusaha” agar lebih elegan atau
bahasa Indonesia tidak baku keren. “Tetapi juga dari konteks kehidupan dalam PL
hubungan Tuhan Allah dengan umat Israel sering digambarkan sebagai pengusaha
kebun anggur dan tanaman-tanaman anggurnya.”[11]
Menurut
teks Alkitab dapat dipahami bahwa pengusaha tersebut snagat memperhatikan pokok
anggurnya, dan terutama ranting-rantingnya, yang tidak berbuah dipotongnya dan
yang berbuah dibersihkannya, supaya berbuah lebih banyak lagi. Kata dipotong sinonim dengan diambil,
dikerat, dipenggal, artinya mengambil sesuatu yang tidak berguna dari sebuah
kumpulan yang berguna. Bahasa Yunani menuliskan ai;rei (airei) kata aktif,
bentuk kasus indikatif orang ke-3 tunggal dari kata airo, kata ini dipakai terhadap tindakan subjek terhadap sebuah
benda dengan cara paksa. Dalam KJV dan NIV menuliskannya “take away”, yang
artinya mengeluarkan, mengambil. Ayat ini telah dituliskan dengan macam-macam
sajian terjemahan. “Kaum Calvinis dalam tujuan mereka menegakkan doktrin abad
16 "OSAS" dari John Calvin, kata "airei" itu diartikan
dengan "mengangkat" saja tetapi tidak sampai kepada tindakan
"mencabut/ memotong/ meniadakan/ membuang jauh/ taken away" dalam
maksud agar doktrin-baru ciptaan seorang teolog John Calvin yang baru muncul di
bumi Eropa pada abad 16 itu "tidak berkontradiksi" dengan ajaran
Alkitab yang sudah diperkenalkan kepada umat Kristus sejak abad pertama Masehi
oleh para Rasul Kristus”.[12] Sedangkan seperti diatas, kata
yunani “airo”, memang bermakna "mengangkat", tapi juga dapat
bermakna: mencabut dengan paksa, memotong, menyingkirkan, meniadakan bahkan
merampas, menurut konteksnya. Konteks ini bisa dibandingkan dengan makna airo dalam Matius 24:39, Markus 4:25,
Lukas 6:29-30, 11:22, Yohanes 16:22, Efesus 4:31, Kolose 2:14. Dan dalam sajian
macam-macam terjemahan di atas, yang sesuai konteks (yang tidak perlu didikte
oleh sebuah doktrin abad 16) semuanya memaknakan kata “airei” (“mengangkat”)
itu dalam artian mencabut/ memotong/ melepaskan dari tempat asalnya. Demikian
penjelasan study kata “memotong”. Mengenai hal ini Wesly Brill berpendapat
bahwa ini menjadi peringatan bagi orang percaya, dituliskan dalam bukunya Tafsiran Injil Yohanes:
“pengusaha
itu, memotong ranting yang tidak berbuah, kami tidak dapat menjelaskan, tetapi
pasti mereka itu dipotong, Hal in menjadi peringatan kepada kita semua”[13]
Maka ditarik pemahaman
dari pernyataan diatas yaitu sebuah aba-aba bagi orang percaya karena Roh Kudus
sewaktu-waktu akan mengoreksi hati kita. Bahkan ditambahkan lagi oleh Wesley
Brill “segala sesuatu yang menghalangi kuasa Roh Kudus di dalam kita harus
dipotong. Seperti petani harus banyak memotong ranting pohonnya, demikian juga
Tuhan Allah membersihkan kita dari segala sesuatu yang tidak berkenan kepadaNya
agar kita berbuah banyak. “Pengusaha pokok anggur yang baik melihat kebergunaan
dari setiap ranting. Tak berbuah tidak pantas mendapat tempat pada pokok anggur
itu.”[14]
Jika pemotongan dilakukan oleh pengusaha terhadap ranting
pohon yang tidak berbuah, akan tetapi bagi ada tindakan pembersihan yang
dilakukan kepada ranting yang berbuah. Orang yang mengerjakan tanaman anggur
memangkas ranting yang berbuah, supaya menjadi ranting yang lebih banyak
berbuah. Kemudian dijelaskan lebih lanjut, dia memangkas supaya getah tidak
diboroskan pada bagian-bagian tanaman yang tidak berbuah. “Jika petani tidak
memahami pemeliharaan tanaman anggur melihat tanaman anggur yang sedang
dipangkas, dia yakin bahwa terlalu banyak ranting dan daun dipangkas, tetapi
berbeda dengan pengusaha yang sudah memahami bagaimana merawat tanaman ini”[15], tentu akan lebih tahu apa
yang akan dia perbuat kepada tanamannya. Ranting yang berbuah dibersihkan,
yakni pengusaha Ilahi membersihkan semua hal pada ranting itu yang
menghalanginya untuk berbuah lebat. Mengenai hal ini William Barclay juga
memberikan penjelasan mengenai proses-proses dalam pemeliharaan tanaman anggur,
“Tanaman anggur tumbuh dengan begitu subur, karenanya membutuhkan pemangkasan.
Begitu subur sehingga seteknya harus ditanam pada jarak duabelas kaki satu dari
yang lain, sebab ia akan merambat dengan cepatnya di atas tanah. Pohon anggur
yang muda tidak boleh bebuah selama tiga tahun pertama, dan tiap tahun ia harus
dipangkas secara drastis untuk menyimpan kekuatannya. Bila sudah dewasa, ia dipangkas
pada bulan Desember atau januari”[16] sebab pohon anggur tidak
dapat menghasilkan banyak kalua tidak ada pemotongan yang drastis. Menurut
Carson, “Kebiasaan mengangkat dan membersihkan ranting yang tidak berbuah tidak
diceritakan dalam sastra kuno yang sekarang dikenal. Mungkin berbeda dengan
konsep pemeliharaan anggur di Amerika dan Eropa zaman ini daripada konsep
pemeliharaan tanaman anggur 2000 tahun lalu di Timur Tengah.”[17]
Isitilah kata “membersihkan” dalam bahasa Yunani kaqai,rei(kathairei),
dari kata dasar kathaireo memakai
awalan kath dari preposisi kata yang sering diterjemahkan “ke
bawah” dan kata kerja airo yang sama
dengan istilah “mengambil”, maka kathairei
dapat diterjemahkan “menurunkan”, “membongkar” atau “menghancurkan” dalam
ayat-ayat lain juga sama (Mrk. 15:36, Luk. 1:52; 12:18, Kis. 13:19; 19:27, dan
2 Kor. 10:4). Kata tersebut dapat dipakai dalam bidang pertanian dengan arti
“menampi” atau “mencabut rumput liar”, tetapi dalam konteks ini lebih tepat
jika dituliskan “memangkas” dengan tujuan supaya bersih karena kata kathaireo dipakai menjadi permainan kata
dengan airo dan juga katharos yang berarti “bersih”.
Secara teologis petani tanaman anggur dalam perumpamaan
tersebut adalah Bapa, pertanyaannya mengapa harus Bapa? Ada alasan yang
fundamental yang dapat ditarik sebagai acuan yaitu karena hanya peran
tritunggal sendirilah yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani bagi
anak-anakNya. Contohnya seperti klaim Yesus yang menyatakan bahwa ia adalah
pokok anggur yang benar, karena pada zaman PL sekalipun anggur adalah simbol kehidupan
mereka, salah satu perekonomian utama dan penting mereka dalam budaya
aglikultur di Israel serta Tuhan juga menunjuk mereka sebagai pokok anggur
bahkan ladang anggur. Hal ini didukung oleh pernyataan Colin Brown dalam
bukunya The New International Dictionary
of New Testament Theology vol.3 yang menuliskan: “Isa 5:1-7 not only gives
a description of contemporary viticultural practice; it sees Israel as the Vineyard,
Yahweh as the vinedresser and a harvest of wild grapes instead of ripe…….”[18] Akan tetapi bangsa Israel
pun faktanya bukanlah pokok anggur yang benar, hal ini telah dituliskan oleh
nabi Yehezkiel pada Yeh 15:1-8. Sungguh manusia memang tidak patut dipercaya
dan diberi tanggung jawab yang berat yang bebannya sama seperti beban Tuhan.
Maka demikian pulalah harus Roh Kudus sendiri yang mampu melakukan pekerjaan
pemotongan dan pembersihan segala kekurangan-kekurangan umatNya didalam hatinya
mereka dan kemudian akan berujung kepada budidaya mereka, yaitu
tindakan-tindakan untuk berbuah (Gal 5:22-23).
Ini semua dikatakan Yesus kepada muridNya yang demikian.
Beberapa pengikut merupakan ranting-ranting yang berbuah lebat; yang lain tidak
ada gunanya karena tidak berbuah. Ada pertanyaan siapakah yang dimaksudkan
Yesus, apabila Ia mengatakan tentang ranting-ranting yang tidak berbuah?
Menurut penelitian ini ada dua jawaban. Pertama,
Dia memaksudkan orang Yahudi, karena secara langsung Allah menyatakan dalam
kitab Nabi-Nabi besar bahwa Israel adalah ranting-ranting dari pokok anggur
Allah. Akan tetapi mereka menolak untuk mendengar kepadaNya; mereka menolak untuk
menerima Dia; karena itu mereka adalah ranting-ranting yang sudah layu dan
tidak ada gunanya lagi. Didukung oleh Colin Brown dalam bukunya The New International Dictionary of New
Testament Theology vol.3 mengatakan:
“The
parable is a parable of judgment on the Jewis people in the light of their
failure to response to the preaching of J1esus. In the Context it explains the
previous verses which record disaster which have befallen people”[19]
Dari pandangan diatas hal
itu menjelaskan bahwa ini merupakan pernyataan yang secara langsung kepada
mereka, atau dalam artian karena perkataan bangsa Israellah yang paling dekat
dalam perumpamaan ini baik secara historis maupun dalam pandangan Allah
terhadap mereka. Nah kemudian yang kedua,
ini juga merujuk kepada sesuatu yang lebih umum sifatnya. Ia memaksudkan
orang-orang Kristen yang Kekristennya adalah pengakuan saja tanpa perbuatan;
kata-kata tanpa perbuatan. Ia memaksudkan orang-orang Kristen yang adalah
ranting-ranting yang tidak berguna. Semuanya daun tanpa buah, orang-orang
Kristen yang telah murtad, yang mula-mula mendengar berita itu dan menerimanya,
namun kemudian meninggalkannya.
Menurut pola pikir ini peneliti mengambil tiga kesimpulan mengapa
orang Kristen dapat menjadi ranting-ranting yang tidak berguna. 1) dengan
menolak sama sekali panggilan Kristus, 2) Mendengar kepadaNya dan kemudian
melayani Dia dengan bibir dan kata-kata namun tanpa perbuatan, 3) Ketika dalam
kesulitan bertindak semaunya dan meninggalkan Dia.
Ayat ketiga menguraikan dampak Firman Kristus yang
membersihkan dan memurnikan. Firman yang sekarang terkandung dalam kepustakaan,
Firman Allah itu merupakan alat utama bagi Allah untuk membersihkan kehidupan
para murid. Kalau perkataan tersebut bekerja dalam diri orang percaya, maka
dengan cara yang baru kita menjadi menarik dan autentik dalam kehidupan dan
kesaksian sebagai Kristen. Dalam pembersihan-Nya, Bapa juga memakai
keadaan-keadaan yang susah dan penuh pencobaan. Hal-hal itu memang “tidak
mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ganjaran menghasilkan
buah kebenaran..” (Ibrani 12:11). “dukacita menghasilkan…” adalah salah satu
hukum utama dalam pertumbuhan rohani. Dalam holikultura dan pengalaman
kristiani, lazim diketahui bahwa semakin berat pembersihan atau penderitaan,
semakin besar pula keharuman dan keindahan yang dihasilkan kelak. Bapa disurga
sangat menginginkan buah pokok anggur-Nya, dan untuk itu, dalam melakukan
pembersihan, Ia sering memotong lebih lebih dalam keitmbang yang ktia harapkan.
Namun pada waktu panen, “penabur dan penuai sama-sama bersukacita” (4:36)”[20]
Baca selanjutnya: Peran Allah Tritunggal (pending)
[1] KBBI
[2] Pdt. Prof. E.G
Singgih, Ph.D, Ranting-Ranting dari Pohon
Kehidupan. 3
[3] William Barclay, The Daily Study Bible Gospel John Volume II,
(Scotland: The Saint Andrew Press, 1975), 175
[4] Barrett, C.K., The Gospel According to St. John, an
Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text second edition. (Philadelphia:
The Westmister Press, 1978), 674
[5] Carson, D.A., The Gospel According to John. (Leichester-England:
Varisity Press, 1991), 513
[6] Bruce Milne, Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat
Alkitab Masa Kini Yohanes. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010),
323
[7] William Barclay, Pemahaman Alktiab Setiap hari, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008), 273-274
[8] R.V.G Tasker, Tyndale New Testament Commentary (Michigan:
Grand Rapids, 1986), 174
[9] Leon Morris, NICNT: The Gospel According to John,
(Michigan: William B. Eerdmand Publishing, 1995), 668
[10] Dr. E.G. Singgih, 4
[11] Ibid. 4
[12] Spiros Zodhiates
Th.D., The Complete Wordstudy Dictionary,(New
York: AMG International, Inc, 1992), 99
[13] J. Wesley Brill,
ibid.152
[14] A Simanjuntak, Tafsiran Alkitab Masa Kini. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia,
[15] Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes Pasal 13-21, (Jakarta:
Andi, 2009), 93
[16] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008), 274
[17] D.A. Carson, The Gospel According to John, (Englad:
Leicester, 1991), 518
[18] Colin Brown, The New International Dictionary of New
Testament Theologi vol.3. (Michigan: Grand Rapids, 1992), 918
[19] Colin Brown, ibid.919
[20] Bruce Milne, The Message of John, (Leicester:
InterVarsity Press, 1993), 321
[1] Kamus Besar Bahasa
Indonesia: terjemahan kata “ikon” (kata benda) lukisan, gambar, gambaran pada
panel kayu yg digunakan dl kebaktian gereja Kristen Ortodoks
Posting Komentar