Ringkasan Buku Etika Bisnis Kristen Dr. Kees Bertens

Buku Etika Bisnis Kristen
Penulis/Penyusun: Dr. Kees Bertens
Penyunting: Robert P. Borrong dan N. Yudiet Tompah (eds.)
Tahun Terbit: 2006
Ukuran: 21×14.8 cm; xi+110 hlm.

BAB I: Tantangan Etika di Dunia Bisnis
Etika bisnis sangat luas. Bukan saja terkait dengan sogok-menyogok, mengurangi kualitas kerja untuk meningkatkan laba, persaingan yang tidak fair, pengrusakan lingkungan, pemerasan tenaga kerja, dll. Tetapi kita harus pahami dalam konteks keseluruhan proses bisnis. Mulai dari visi dan misi bisnis. Etika bisa akan tampil pula dalam pemilihan bisnis. Proses manajemen, dalam perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan semuanya tak lepas dari peran etika.
Tantangan Utama
Tantangan fundanmental sesungguhnya adalah bagaimana berbisnis secara profesional dalam arti bahwa berbisns adalah meenciptakan nilai tambah untuk mendapatkan laba. Dengan tuntutan kualitas yang semakin tinggi, aturan lingkungan dan perburuhan yang semakin baik, serta persaingan global yang sengit dan sarat iptek canggih, tidak mudah mengelola bisni dengan potensi keuntungan yang tinggi.

BAB II: Etika Bisnis dalam Masyarakat yang Tidak Konsisten
Secara singkat mulanya, orang memahami etika bisnis sebagai urusan bagaimana individu-individu menerapkan standar etika sehari-hari atau etika umum ke dalam konteks bisnis. Jadi, mana tepatnya adalah, etika dalam berbisnis bagi individu. Dan tanggung jawab sosial yaitu etika bisnis pada waktu itu dipahami sebagai upaya mematuhi kepentingan okonomis, legas, etis, dan barulah filantofis. Jadi sifat dasarnya, masih tidak komprehensif, tapi pragmatis dan empiris.
Etika bisnis mengintegrasikan masalah tanggung jawab individual untuk hidup etis di bidang bisnis (warisan paradigma etika umum di dalam bisnis di masa sebelumnya) dengan tanggung jawab institusi bisnis untuk masyarakat (warisan paradigma tanggung jawab sosial )dalam kerangka filosofis atau teologus yang komprehensif, namun disajikan sebagai hal yang “user friendly”. Setelah kesadaran orang dan pemahaman orang meningkat uncullah upaya swasembada untuk menolong etika bisnis. Caranya ialah dengan menolong perusahaan membangun sistem yang memungkinkan etika bisnis lebih terlaksana.
Tujuan bisnis: dalam berbagai percakapan dengan para pelaku bisnis yang beragama Kristen, mereka menyebutkan bahwa tujuan berbisnis adalah mendapat laba. Laba merupakan dari pemasukan dikurangi dengan pengeluaran mereka. karena sudut pandang tadi, maka mereka dapat meningkatkan laba dengan menekan pengeluaragan atau meningkatkan pemasukan.
Niai-nilai pelaku bisnis: kita tahu bahwa kebutuhan seseorang yang dipengaruhi nilai-niai yang dianutnya.
Pandangan pelaku bisnsi tentang dunia” pandangan tentang dunia oleh pelaku bisnis pada umumnya adalah optimis dalam hal jumlah konsumen yang tersedia di Indonesia. Indonesia adalah satu pasar raksasa walaupun daya beli masyarakat menengah bahwa tidak besar, kumulasi jumlahnya memadai. Di pihak lain, dunia juga merupakan dunia yang tidak dapat dipercaya dan inkonsisten.
Spritualitas pelaku bisnis: walaupun para pelaku bisnis menyebutkan dirinya sebagai orang beragama, banyak orang menganggap bahwa agama dan bisnis dapat dicampuradukkan. Dari pengamatan, uangkapan serupa itu juga skala kecil, menengah atau besar. Hampir semua pakar teologi terlepas dari posisi teologinya menganggap penting tema kerajaan Allah dalam mereka berteologi. Kerajaan Allah atau baasilea tou teou adalah sautu konsep yang sangat mendasar baik dalam perpektif waktu dan masyarakat, sehingga patut menjadi suatu landasan dalam etika, khususnya etika bisnis. Maknanya adalah bahwa Allah memerintah atau berdaulat.

BAB III: Etis Kerja dan Profesi Perspektif Alkitabiah
Etika berbicara tentang sikap, bukan sekedar tugas atau jabatan. Walaupun tugas dan jabatan menuntut sikap tertentu, misalnya seseorang pimpinan harus lebih rajin dari seorang bawahan, tetapi sikap dalam bekerja adalah hal yang bersangkut paut dengan etika. Etika kerja berarti yang menyoroti sikap dan perilaku  seseorang dalam bekerja atau berkarya. Kerja adalah juga hakekat manusia yang diciptakan Allah. Manusia diciptakan tidak untuk menganggur atau berdiam diri atas malas. Manusia diciptakan untuk bergiat, untuk berkarya dan untuk rajin.bekerja tidak sama dengan berkjabatan. Orang bisa punya jabatan atau tugas tetapi belum tentu ia mengerjakan tugasnya. Belum tentu seorang pejabat adalah seorang pekerja. Ada pejabat atau karyawan yang menganggur, yang malas, yang makan gaji buta.
Gabungan antara etika dan profesi itulah yang memberikan kepada seseorang nilai dalam hidupnya sebagai seorang manusia. Namun demikian bukan hanya seorang profesiponal yang memiliki moral. Setiap manusia sudah dengan sendirinya bermoral tanpa ia harus seorang profesional.

BAB IV: Berkenan pada Tuhan dan Berkenan pada Sesama
Jadi untuk berubah, bertumbuh dan berkembang, orang harus percaya dulu secara genuine pada sesuatu-apakah gagasan, nilai, atau ajaran luhur, termasuk sabda Tuhan-barulah dia melakukan hal tersebut. Tidak usah dipaksa-paksa, diiming-iming, atau dirayu-rayu, dia pasti melakukannya. Dalam setiap agama, termasuk agama Kristen, selalu terdapat aliran yang mempertentangkan Tuhan dengan dunia, mendualismekan kesalehan dengan kemakmuran, atau mendikotomikan ibadah yang sakral dengan kerja dengan kerja yang profan.

BAB VI: Dapatkah Kekristenan Diterapkan dalam Bisnis?
Secara ringkas penjelasannya iasalah sebagai berikut. Matra kepercayaan atau iman terdisri dari harapan bahwa setiap orang bergama akan memegang teguh satu pandangan teologis tertentu bahwa dia akan mengakui kebenaran ajaran agamanya. Matra praktek meliputi hal-hal yang dilakukan orang untuk menjalankan komitmen keagamaannya dalam bentuk penyembahan (worship) dan pemujaan (devotion). Praktek keagamaan meliputi seluruh tata beribadah (ritual) yaitu seperangkat upacara (rites), tindakan keagamaan resmi (formal) dan praktek suci yang diharapkan dilakukan oleh semua pemeluk agama.

MAKNA IMAN
Iman diberi defenisi “dasar segala sesuati yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani II:I), percaya ini bukan hanya mengetahui, melainkanjuga menyerakan diti kepada Yesus dan mengikutinya (soedarmo, 1986:79). Iman itu adalah suatu pengetahuan ayar pajak yang kokoh dan pasti menegnai kebaikan Allah terdapat terhadap kita, bahwa pengetahuan itu berdasarkan kebenaran janji-Nya, yang diberikan dengan rela di dalam Kristus, dan bahwa oleh Roh Kudus pengetahuan itu dinyatakan kepada akal kita dan dimeteraikan di dalam hati kita (Calvin, 1983:10).

Hukum dan peraturan menuntu kepatuhan dan biasanya dataati dengan kepatuhan minimal. Sepanjang hukum dipathui maka beres begitu semboyan orang. Misalnya bayar pajak, kalau bisa pas malah sekecil mungkin.
Lebih beradab. Apa artinya lebih beradab? Perilaku bisnis bagaimana yang bisa membuat kita lebih beradab? Salah satu yang bisa menampilkan keberadaan kita adalah perilaku dalam bersaing.
Meningkatkan martabat manusia. Dalam sejarah umat manusia kegiatan menciptakan harta/kekayaan (wealth) sering kali dilakukan dengan memperbudak sesama manusia dan membaginya secara tidak adil. Sampai abad ke-21 sekarang ini masih ada jutaan diperbudak sesama manusia dan membaginya secara tidak adil. Ternyata hukum dan peraturan tak mampu mengubah kenyataan ini, karena hukum dan peraturan biasanya dibuat yang berkuasa dan cenderung menguntungkan mereka. mengubah kenyataan ini lebih jelas tidak bisa dicapai dengan perilaku kepatuhan minimal mengikuti peraturan dan hukum.
Memelihara dan memuliakan alam ciptaan Tuhan. Etika juga memandu perilaku bisnis terhadap alam. Sekarang sudah banyak undang-undang dan peraturan yang mengatur perilaku bisnis terhadap alam. Memelihara dan memuliakan alam jelas tidak bisa dicapai hanya dengan hukum dan peraturan tetapi harus didorong oleh kerelaan maksimal untuk mewujudkannya. Jadi upaya yang harus didorong oleh tekad untuk mewujudkan nilai pelestarian dan pemuliaan alam.

Lebih baru Lebih lama