Teologi Sistematika 2: Doktrin Manusia
Penulis/Penyusun : Louis Berkhof
Penerjemah : Yudha Thianto
Editor : Robby Moningka & Eliyanto
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
kota: Jakarta
tahun: 1994
Ukuran buku : 14 x 21 cm
Tebal : 257 halaman
Doktrin Manusia
Dalam buku ini saya mendapat pemahaman diawali dengan bagaimana Alkitab memberikan kepada kita dua catatan tentang penciptaan manusia, yang pertama dalam kejadian 1:26-27 dan yang kedua dalam kej 2:7,21-23. Penciptaan manusia ada dalam pengertian paling sempit kata ini adalah tindakan Allah secara langsung, berbeda dengan penciptaan makhluk yang lebih rendah, manusia diciptakan menurut contoh ilahi. Ada dua elemen berbeda dari natur manusia. Dalam Kej 2:7 ada suatu perbedaan yang jelas antara asal mula tubuh dan asal mula jiwa. Tubuh dibentuk dari debu tanah; dalam penciptaan tubuh ini Allah memakai materi yang sudah ada terleih dahulu akan tetapi jiwa Allah tidak memakai materi yang sudah ada sebelumnya.
Adapun Pernyataan teori, teori evolusi tidaklah selalu dinyatakan dalam bentuk yang sama. Teori ini kadang disebutkan oleh manusia adalah keturunan langsung dari salah satu spesies manusia kera yang sekarang ini ada dan kemudian seolah-olah manusia dan kera yang lebih tinggi mempunyai nenek monyang yang sama. Pendapat teori evolusi jelas bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan. Alkitab menegaskan bahwa Allah membentuk manusia dari debu tanah. Lebih jauh alkitab juga mengajarkan bahwa manusia sama sekali dipisahkan dari ciptaan yang lebih rendah oleh suatu cela yang tak terukur. Dr. Fleischmann dari Erlangen menulis: “teori Darwin sama sekali tidak mempunyai fakta apapun yang dapat menunjang keberatan teori intu... sebab semuanya hanyalah hasil kayalan.”
Mengenai hakikat Tubuh, Jiwa dan Roh, filsafat Yunani sangat menaruh perhatian yang besar pada persoalan tentang jiwa manusia dan berhasil menanamkan pengarunya dalam teologi Kristen. Didalam penciptaan ketiga unsur ini tubuh jiwa dan roh sama sekali tidak dapat dipisah jika salah satu diantaranya dipisah maka dapat dikatakan bukanlah menjadi manusia yang hidup secar sempurna. Tubuh merupakan bagian dari manusia yang dapat dilihat diraba serta wujud real manusia segala sesuatu yang terjadi dalam jiwa maupun roh tubuh akan dipengaruhinya, karena ketiga unsur ini saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan dalam pekerjaannya. Adapun jiwa atau roh sering dianggap adalah dua unsur yang berbeda, namun perlu diperhatikan bahwa jiwa dan roh juga tidak dapat kita bedakan keberadaanya didalam tubuh karena jika kita memisahkan kata “jiwa” dari roh maka tidak mungkin roh tersebut bisa bekerja dan namun jiwa dan roh sebenarnya adalah satu dan sama, tidak dipisahkan walaupun sering kali pengertian jiwa dan roh sering dianggap berbeda oleh kalangan trikotomi. Namun berbeda halnya dengan paham dikotomi bahwa jiwa dan roh disatukan tidak dipisahkan sehingga bagi mereka unsur manusia terdiri dari tubuh dan jiwa/roh. Pandangan ini tentunya memiliki banyak keberatan dan dukungan setiap orang yang memerhatikan hal ini, dan tergantung kita memahaminya.
Mengenai Arti dari Manusia sebagai rupa dan gambar Allah.
Ada beberapa hal yang dapat kita ketahui mengapa manusia dikatakan gambar dan rupa Allah, yakni: karena manusia diciptakan dengan derajat tertinggi sebagai mahkota ciptaan Allah atas seluruh ciptaan. Manusia memilki hubungan/komunikasi dengan Allah, dan manusia memenuhi beberapa sifat-sifat Allah. Menurut reformed dalam jiwa atau roh manusia yaitu kualitas kesederhanaan, spritualitas, tidak dapat dilihat dan kekal. Dalam kekuatan fisik manusia sebagai keberadaan rasional dan moral, intelektual dan kehendak, dalam integritas intelektual dan moral dari natur manusia yang terungkap dalam pengetahuan yang benar, kebenaran, dan kecusian.
Adapun keberdosahan manusia juga tidak banyak mengurangi ungkapan sebagai gambar dan rupa Allah hanya saja sudah rusak, dan hubungan intim Allah sudah terputus sama sekali, jika manusia yang mencari Allah tentu saja manusia tidak bisa.
Menyinggung tentang Doktrin Perjanjian Kerja, doktrin ini dimulai dari perjanjian Allah kepada manusia berdosa di taman eden dalam kejadian 3:15, namun perjanjian hidup dan perjanjian eden tidak cukup dan dapat juga dimasukkan dalam perjanjian anugerah, yang merupakan perjanjian hidup dan juga dimulai di eden. Karena itu nama “perjanjian kerja” (covenant of works) lebih dapat diterima. Adapun elemen-elemen perjanjian kerja yakni: 1) dua pihak yang berjanji, yaitu Allah tritunggal dan Adam dengan adanya hubungan natural dan hubungan perjanjian. 2) janji dan perjanjian ini, janji yang besar dari perjanjian kerjan adalah janji hidup yang kekal. 3) Syarat perjanjian, syaratnya adalah ketaatan yang implisif dan sempurna, 4) Hukuman bagi pelanggaran atas perjanjian ini, ancaman hukuman bagi perlanggaran atas perjanjian ini, yaitu kematian, dan 5) sakramen-sakramen perjanjian, kita tidak memiliki informasi tertentu dalam Alkitab berkenaan dengan sakramen-sakramen atau meterai perjanjian ini.
Mengenai bagaimana asal mula dosa,
dalam buku ini dipaparkan bahwa bapak gereja awal tidak membicarakan secara tertentu mengenai asal mula dosa, walaupun ide bahwa dosa berasal dari pelanggaran dan kejatuan Adam di Taman Eden. Namun ada beberapa anggapan yang harus kita pikirkan mengenai dosa yaitu: Allah tidak boleh dianggap sebagai penyebab dosa, dosa berasal dari dunia malaikat dan Asal mula dosa dalam umat manusia. Dan secara natur, dosa dimulai dari kejatuhan Adam karena tidak mematuhi perkataan Allah. Dan akibat dosa dunia begitu sangat berubah dan mengerikan.
Mengenai apa itu esensi dosa?, dosa adalah bagian dari pengalaman umum semua manusia, sehingga tak satu pun manusia yang dianggap tidak berdosa. Dan menurut pandangan Alkitab dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik, dosa juga bukanlah suatu yang pasif seperti kelemahan, suatu kesalahan, atau tidakkesempurnaan yang darinya kita tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab, tetapi sesungguhnya merupakan suatu permusuhan yang aktif terhadap Tuhan. Dosa memiliki sifat mutlak, dosa selalu memiliki hubungan dengan Allah dan kehendak-Nya, dosa juga mencakup kesalahan maupun kekotoran, dosa menempati kedudukan dalam hati, serta dosa tidak secara eksplisit tercakup dalam tindakan-tindakan dengan maksud jahat.
kehidupan dalam dosa merupakan keadaan manusia yang melenceng dari peraturan dan kemauan Allah, sedikitpun manusia tidak tepat sasaran itu sudah dikatakan dosa. Inti yang sebaiknya dipahami adalah bahwa keadaan manusia sesungguhnya dalam “kerusakan total”, sehingga benar-benar tidak layak. Dan ujung dari semua ini adalah penghukuman yaitu kematian kekal atau penderitaan. Akan tetapi Allah sendiri dengan kasihnya yang mengadakan sebuah perjanjian bahwa manusia akan diselamatkan apabila percaya kepada Yesus Kristus.
Mengenai Hukuman atas Dosa,
dosa adalah persoalan yang sangat serius, dan Allah memandang dosa ini juga dengan amat serius, walaupun manusia sering meremehkannya. Dosa bukan sekedar pelanggaran atas hukum Allah, akan tetapi sesungguhnya merupakan serangan terhadap sang pemberi Hukum itu sendiri, sebuah pemberontakan terhadap Allah. Dosa adalah kejahatan terhadap kebenaran Allah yang seharusnya tidak boleh dilanggar, yang merupakan dasar dari kemuliaan-Nya. sehingga ancaman hukuman yang diberikan oleh Allah di Firdaus adalah ancaman hukuman mati. Mati yang dimaksud bukanlah tubuh akan tetapi kematian dari manusia secara keseluruhan. Alkitab menyatakan kepada kita ancaman hukuman, yaitu kematian dalam arti yang sepenuhnya, dan memberitahu kita bahwa maut masuk ke dalam dunia melalui dosa (Rm 5:12), dan bahwa upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Kita dapat mengatakan bahwa kematian itu mencakup:
1. Kematian rohani. kecemaran, kebobrokan, hati nurani yang tidak pernah tidak takut kepada kematian, dll.
2. Penderitaan-penderitaan dalam hidup
3. Kematian jasmani
4. Kematian kekal
Kelebihan:
Dalam buku ini Berkhof sangat baik dalam memberikan penjelasan dan informasi mengenai manusia. Ia memulainya dari awal penciptaan manusia, hingga berikutnya semua manusia menjadi berdosa. Jika saya membaca buku ini pemaparan yang saya dapatkan yaitu bahwa secara langsung dapat dikatakan bahwa memang manusia sudah dalam keadaan rusak total. Namun bukan hanya sampai membahas sifat manusia yang sudah melekat dengan dosa akan tetapi sebagai penyejuk hati atau penghibur pembaca Louis Berkhof menuliskan pula tentang kasih Allah yang sangat besar untuk menjadikan manusia layak dihadapannya.
Kekurangan:
Kerkurangan dalam buku ini yaitu saya tidak menemukan penjelasan mengenai pra-eksistensi dosa ketika eksistensi Allah sejatinya tidak terbatasi ruang dan waktu akan keberadaan dosa tersebut. Saya mengimani Allah maha tahu, Allah maha hadir, Allah maha kudus, Allah mahakuasa. Akan tetapi saya putar balik lagi penyataan diatas, dengan eksistensi Allah yang tidak terbatasi oleh apapun dan kemahaan yang dimiliki Allah sehingga tersiratkan bahwa bagi Allah apapun sudah terjadi. Disamping itu, didalam buku ini dipaparkan mengenai keberadaan dosa lebih banyak berangkat dari bagaimana kemahatahuan Allah, namun dengan rendah hati saya juga memikirkan eksistensi Allah sudah mengatasi kemahatahuan Allah. Atau mungkin dalam buku ini kita lebih banyak dituntut untuk memahami kasih karunia Allah dalam hal doktrin manusia.
Saran:
Saya kira dalam buku ini saran saya adalah memberatkan jawaban dari “kekurangan” yang saya tuliskan diatas. Saya juga sulit dalam membuat kesimpulan yang mutlak namun masih tetap belajar mengenai doktrin manusia.
Penulis/Penyusun : Louis Berkhof
Penerjemah : Yudha Thianto
Editor : Robby Moningka & Eliyanto
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
kota: Jakarta
tahun: 1994
Ukuran buku : 14 x 21 cm
Tebal : 257 halaman
Doktrin Manusia
Dalam buku ini saya mendapat pemahaman diawali dengan bagaimana Alkitab memberikan kepada kita dua catatan tentang penciptaan manusia, yang pertama dalam kejadian 1:26-27 dan yang kedua dalam kej 2:7,21-23. Penciptaan manusia ada dalam pengertian paling sempit kata ini adalah tindakan Allah secara langsung, berbeda dengan penciptaan makhluk yang lebih rendah, manusia diciptakan menurut contoh ilahi. Ada dua elemen berbeda dari natur manusia. Dalam Kej 2:7 ada suatu perbedaan yang jelas antara asal mula tubuh dan asal mula jiwa. Tubuh dibentuk dari debu tanah; dalam penciptaan tubuh ini Allah memakai materi yang sudah ada terleih dahulu akan tetapi jiwa Allah tidak memakai materi yang sudah ada sebelumnya.
Adapun Pernyataan teori, teori evolusi tidaklah selalu dinyatakan dalam bentuk yang sama. Teori ini kadang disebutkan oleh manusia adalah keturunan langsung dari salah satu spesies manusia kera yang sekarang ini ada dan kemudian seolah-olah manusia dan kera yang lebih tinggi mempunyai nenek monyang yang sama. Pendapat teori evolusi jelas bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan. Alkitab menegaskan bahwa Allah membentuk manusia dari debu tanah. Lebih jauh alkitab juga mengajarkan bahwa manusia sama sekali dipisahkan dari ciptaan yang lebih rendah oleh suatu cela yang tak terukur. Dr. Fleischmann dari Erlangen menulis: “teori Darwin sama sekali tidak mempunyai fakta apapun yang dapat menunjang keberatan teori intu... sebab semuanya hanyalah hasil kayalan.”
Mengenai hakikat Tubuh, Jiwa dan Roh, filsafat Yunani sangat menaruh perhatian yang besar pada persoalan tentang jiwa manusia dan berhasil menanamkan pengarunya dalam teologi Kristen. Didalam penciptaan ketiga unsur ini tubuh jiwa dan roh sama sekali tidak dapat dipisah jika salah satu diantaranya dipisah maka dapat dikatakan bukanlah menjadi manusia yang hidup secar sempurna. Tubuh merupakan bagian dari manusia yang dapat dilihat diraba serta wujud real manusia segala sesuatu yang terjadi dalam jiwa maupun roh tubuh akan dipengaruhinya, karena ketiga unsur ini saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan dalam pekerjaannya. Adapun jiwa atau roh sering dianggap adalah dua unsur yang berbeda, namun perlu diperhatikan bahwa jiwa dan roh juga tidak dapat kita bedakan keberadaanya didalam tubuh karena jika kita memisahkan kata “jiwa” dari roh maka tidak mungkin roh tersebut bisa bekerja dan namun jiwa dan roh sebenarnya adalah satu dan sama, tidak dipisahkan walaupun sering kali pengertian jiwa dan roh sering dianggap berbeda oleh kalangan trikotomi. Namun berbeda halnya dengan paham dikotomi bahwa jiwa dan roh disatukan tidak dipisahkan sehingga bagi mereka unsur manusia terdiri dari tubuh dan jiwa/roh. Pandangan ini tentunya memiliki banyak keberatan dan dukungan setiap orang yang memerhatikan hal ini, dan tergantung kita memahaminya.
Mengenai Arti dari Manusia sebagai rupa dan gambar Allah.
Ada beberapa hal yang dapat kita ketahui mengapa manusia dikatakan gambar dan rupa Allah, yakni: karena manusia diciptakan dengan derajat tertinggi sebagai mahkota ciptaan Allah atas seluruh ciptaan. Manusia memilki hubungan/komunikasi dengan Allah, dan manusia memenuhi beberapa sifat-sifat Allah. Menurut reformed dalam jiwa atau roh manusia yaitu kualitas kesederhanaan, spritualitas, tidak dapat dilihat dan kekal. Dalam kekuatan fisik manusia sebagai keberadaan rasional dan moral, intelektual dan kehendak, dalam integritas intelektual dan moral dari natur manusia yang terungkap dalam pengetahuan yang benar, kebenaran, dan kecusian.
Adapun keberdosahan manusia juga tidak banyak mengurangi ungkapan sebagai gambar dan rupa Allah hanya saja sudah rusak, dan hubungan intim Allah sudah terputus sama sekali, jika manusia yang mencari Allah tentu saja manusia tidak bisa.
Menyinggung tentang Doktrin Perjanjian Kerja, doktrin ini dimulai dari perjanjian Allah kepada manusia berdosa di taman eden dalam kejadian 3:15, namun perjanjian hidup dan perjanjian eden tidak cukup dan dapat juga dimasukkan dalam perjanjian anugerah, yang merupakan perjanjian hidup dan juga dimulai di eden. Karena itu nama “perjanjian kerja” (covenant of works) lebih dapat diterima. Adapun elemen-elemen perjanjian kerja yakni: 1) dua pihak yang berjanji, yaitu Allah tritunggal dan Adam dengan adanya hubungan natural dan hubungan perjanjian. 2) janji dan perjanjian ini, janji yang besar dari perjanjian kerjan adalah janji hidup yang kekal. 3) Syarat perjanjian, syaratnya adalah ketaatan yang implisif dan sempurna, 4) Hukuman bagi pelanggaran atas perjanjian ini, ancaman hukuman bagi perlanggaran atas perjanjian ini, yaitu kematian, dan 5) sakramen-sakramen perjanjian, kita tidak memiliki informasi tertentu dalam Alkitab berkenaan dengan sakramen-sakramen atau meterai perjanjian ini.
Mengenai bagaimana asal mula dosa,
dalam buku ini dipaparkan bahwa bapak gereja awal tidak membicarakan secara tertentu mengenai asal mula dosa, walaupun ide bahwa dosa berasal dari pelanggaran dan kejatuan Adam di Taman Eden. Namun ada beberapa anggapan yang harus kita pikirkan mengenai dosa yaitu: Allah tidak boleh dianggap sebagai penyebab dosa, dosa berasal dari dunia malaikat dan Asal mula dosa dalam umat manusia. Dan secara natur, dosa dimulai dari kejatuhan Adam karena tidak mematuhi perkataan Allah. Dan akibat dosa dunia begitu sangat berubah dan mengerikan.
Mengenai apa itu esensi dosa?, dosa adalah bagian dari pengalaman umum semua manusia, sehingga tak satu pun manusia yang dianggap tidak berdosa. Dan menurut pandangan Alkitab dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik, dosa juga bukanlah suatu yang pasif seperti kelemahan, suatu kesalahan, atau tidakkesempurnaan yang darinya kita tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab, tetapi sesungguhnya merupakan suatu permusuhan yang aktif terhadap Tuhan. Dosa memiliki sifat mutlak, dosa selalu memiliki hubungan dengan Allah dan kehendak-Nya, dosa juga mencakup kesalahan maupun kekotoran, dosa menempati kedudukan dalam hati, serta dosa tidak secara eksplisit tercakup dalam tindakan-tindakan dengan maksud jahat.
kehidupan dalam dosa merupakan keadaan manusia yang melenceng dari peraturan dan kemauan Allah, sedikitpun manusia tidak tepat sasaran itu sudah dikatakan dosa. Inti yang sebaiknya dipahami adalah bahwa keadaan manusia sesungguhnya dalam “kerusakan total”, sehingga benar-benar tidak layak. Dan ujung dari semua ini adalah penghukuman yaitu kematian kekal atau penderitaan. Akan tetapi Allah sendiri dengan kasihnya yang mengadakan sebuah perjanjian bahwa manusia akan diselamatkan apabila percaya kepada Yesus Kristus.
Mengenai Hukuman atas Dosa,
dosa adalah persoalan yang sangat serius, dan Allah memandang dosa ini juga dengan amat serius, walaupun manusia sering meremehkannya. Dosa bukan sekedar pelanggaran atas hukum Allah, akan tetapi sesungguhnya merupakan serangan terhadap sang pemberi Hukum itu sendiri, sebuah pemberontakan terhadap Allah. Dosa adalah kejahatan terhadap kebenaran Allah yang seharusnya tidak boleh dilanggar, yang merupakan dasar dari kemuliaan-Nya. sehingga ancaman hukuman yang diberikan oleh Allah di Firdaus adalah ancaman hukuman mati. Mati yang dimaksud bukanlah tubuh akan tetapi kematian dari manusia secara keseluruhan. Alkitab menyatakan kepada kita ancaman hukuman, yaitu kematian dalam arti yang sepenuhnya, dan memberitahu kita bahwa maut masuk ke dalam dunia melalui dosa (Rm 5:12), dan bahwa upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Kita dapat mengatakan bahwa kematian itu mencakup:
1. Kematian rohani. kecemaran, kebobrokan, hati nurani yang tidak pernah tidak takut kepada kematian, dll.
2. Penderitaan-penderitaan dalam hidup
3. Kematian jasmani
4. Kematian kekal
Kelebihan:
Dalam buku ini Berkhof sangat baik dalam memberikan penjelasan dan informasi mengenai manusia. Ia memulainya dari awal penciptaan manusia, hingga berikutnya semua manusia menjadi berdosa. Jika saya membaca buku ini pemaparan yang saya dapatkan yaitu bahwa secara langsung dapat dikatakan bahwa memang manusia sudah dalam keadaan rusak total. Namun bukan hanya sampai membahas sifat manusia yang sudah melekat dengan dosa akan tetapi sebagai penyejuk hati atau penghibur pembaca Louis Berkhof menuliskan pula tentang kasih Allah yang sangat besar untuk menjadikan manusia layak dihadapannya.
Kekurangan:
Kerkurangan dalam buku ini yaitu saya tidak menemukan penjelasan mengenai pra-eksistensi dosa ketika eksistensi Allah sejatinya tidak terbatasi ruang dan waktu akan keberadaan dosa tersebut. Saya mengimani Allah maha tahu, Allah maha hadir, Allah maha kudus, Allah mahakuasa. Akan tetapi saya putar balik lagi penyataan diatas, dengan eksistensi Allah yang tidak terbatasi oleh apapun dan kemahaan yang dimiliki Allah sehingga tersiratkan bahwa bagi Allah apapun sudah terjadi. Disamping itu, didalam buku ini dipaparkan mengenai keberadaan dosa lebih banyak berangkat dari bagaimana kemahatahuan Allah, namun dengan rendah hati saya juga memikirkan eksistensi Allah sudah mengatasi kemahatahuan Allah. Atau mungkin dalam buku ini kita lebih banyak dituntut untuk memahami kasih karunia Allah dalam hal doktrin manusia.
Saran:
Saya kira dalam buku ini saran saya adalah memberatkan jawaban dari “kekurangan” yang saya tuliskan diatas. Saya juga sulit dalam membuat kesimpulan yang mutlak namun masih tetap belajar mengenai doktrin manusia.