Injil Thomas, Yudas, Yakobus, Barnabas, Filip Sesatkah?

Injil Apokrip Thomas, Yudas, Yakobus, Barnabas, Filip

Tanya:
Syallom.
aku mau nanya Pak kenapa Injil Thomas, Yudas, Yakobus, Barnabas, Filip adalah sesat…? apakah ada penjelasan mengenai injil tersebut…?
terima kasih.
TUHAN YESUS berkati.



Jawab:
Kitab2 Thomas, Yudas, Yakobus, Barnabas, Filip tidak diakui sebagai Kitab Kanon karena kitab-kitab tersebut tidakmemenuhi Kriteria Kitab Kanonik dan isinya ada yang bertentangan dengan kitab-kitab Kanonik.
Perlu diketahui meskipun kitab-kitab tersebut seolah-olah menggunakan nama-nama Rasul, namun bukan berarti kitab-kitab tersebut ditulis oleh para rasul. Bahkan ada diantaranya yang ditulis jauh sesudah masa kehidupan para rasul.

Misalnya Kitab “Injil” Apokrip Yudas, kitab ini bukan berarti ditulis oleh Yudas Iskariot, dan sebenarnya kitab tersebut pun tidak mengklaim ditulis oleh rasul yang bernama Yudas. Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dan menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun 220-340M, dan ada pula yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun 130-180. Kitab Yudas bersifat Gnostik yang tidak bersesuaian dengan 4 Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Kitab Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini dipercayai gereja, misalnya dalam kitab ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri Yesus.

Kitab “Injil” Apokrip Yakobus (Gospel of James/ Protoevangelium of James), meski menggunakan nama Yakobus, bukan berarti “Injil” ini ditulis oleh Rasul Yakobus. Kitab ini mungkin disusun oleh seorang non-Yahudi Kristen. Kitab ini menceritakan hal ihwal masa kelahiran Yesus yang tidak bersesuaian dengan Injil Kanonik, yaitu tentang percakapan yang pribadi antara Yusuf dan Maria setelah Yusuf meratapi kehamilan Maria yang sungguh mengejutkan itu. Keduanya bergulat dalam kebingungan menghadapi kenyataan itu.


a. Proto-Injii (Protoevangelium) Yakobus
Tulisan ini sudah dikenal dalam tulisan Origenes pada awal abad ke-3 M, dan kemungkinan besar juga oleh Klemens dari Aleksandria pada akhir abad ke-2 M. Maka kemungkinan besar tu lisan ini sudah tersebar luas di kalangan jemaat-jemaat Gereja pada tahun 150 M. Dalam tradisi Gereja Katolik Roma, tulisan ini menjadi dasar muncul dan berkembangnya devosi (kebaktian) kepada Santa Anna dan Santo Yoakim, orang tua Ibu Maria. Tanggal 26 Juli dikhususkan untuk menghormati mereka berdua.

Yakobus pasti bukan penulis yang sebenarnya. Tulisan itu mungkin disusun oleh seorang non-Yahudi Kristen. Manuskrip tertua ditemukan dalam bahasa Yunani, Sida, Armenia, dan kemudian juga dalam bahasa Etiopia, Georgia, Sia von. Manuskrip Latin tak ada yang bertahan karena sejak awal dikutuk di Barat. Terdapat lebih dari 130 manuskrip bahasa Yunani yang masih ada. Pada abad ke-5 M, Hieronimus menentang injil-injil masa kecil Yesus seperti ini. Dalam perjalanan waktu, Martin Luther juga mengutuk tulisan-tulisan ini.

Kisah dimulai dengan Yoakim dan Anna yang bersedih karena belum memiliki keturunan. Dalam situasi semacam itu, Anna berdoa dan seorang malaikat menampakkan diri padanya serta memberi janji bahwa ia akan mengandung. Begitulah yang terjadi. Anak yang dilahirkan diberi nama Maria. Anak itu bertumbuh dan pada usia enam bulan mulai berjalan. Sejak usia tiga tahun Maria sudah tinggal di Bait Allah. Ketika usianya dua belas tahun, imam kepala dan para petugas Bait Allah mulai memikirkan jodoh untuknya. Dari seorang malaikat diperoleh perintah untuk mengumpulkan para duda dari seluruh wilayah Yudea. Pada saat pemilihan, ketika duda terakhir menerima tongkatnya, tiba-tiba muncullah seekor burung merpati dari tongkat itu dan hinggap di kepala duda terakhir itu. Namanya adalah Yusuf. Ia sudah pernah menikah sebelumnya dan memiliki anak. Semula ia menolak, tetapi karena diyakinkan bahwa ini adalah kehendak Tuhan, akhirnya ia mengalah. Dibawanyalah Maria ke rumahnya. Karena pekerjaannya, Yusuf sementara meninggalkan Maria. Selama itu Maria mendapat pekerjaan untuk membuat tirai Bait Allah.

Selama Yusuf tidak hadir di rumah itulah Maria bertemu dengan seorang malaikat yang memberitahukan kepadanya tentang rencana Allah. Maria akan hamil. Demikianlah kisahnya:
[11:1] Maria mengambil tempat air dan pergi ke luar untuk mengambil air. Dan lihatlah, ia mendengar sebuah suara yang berkata, "Salam, hai kamu yang diistimewakan. Tuhan bersamamu. Kamu diberkati dari antara para perempuan." Maria melihat sekeliling, kanan dan kiri, untuk memeriksa dari mana suara itu datang. Ia lalu masuk ke rumahnya dengan ketakutan dan menurunkan tempat airnya. Ia mengambil kain ungunya dan duduk di kursinya dan mulai melukis [pada kain itu]
[11:2] Dan lihatlah, seorang malaikat Tuhan berdiri di depannya dan berkata, "Jangan takut, Maria. Karena kamu telah memperoleh keistimewaan di hadapan Sang Guru dari semua, dan kamu akan mengandung seorang anak karena Sabda¬Nya." Tetapi ketika ia mendengarkan, ia bertanya kepada dirinya sendiri, "Akankah aku mengandung dari Allah Tuhan yang hidup dan melahirkan seperti setiap perempuan yang lain?"
[11:3] Malaikat Tuhan berkata kepadanya, "Tidak demikian, Maria. Karena kuasa Allah akan menaungimu. Jadi, yang kamu lahirkan akan disebut kudus, Anak dari Yang Mahatinggi. Dan kamu akan menamai-Nya Yesus, karena ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka." Maria menjawab, "Lihatlah hamba Tuhan ada di hadapanmu. Terjadilah padaku seperti yang telah Kaukatakan.


Itulah yang kemudian terjadi. Dalam Injil kanonik peristiwa tersebut dikisahkan seolah-olah tanpa pergulatan yang sungguh berarti dalam diri Yusuf dan Maria. Lain halnya dengan Proto-Iniil Yakobus ini. Kutipan berikut ini memberi informasi tentang percakapan yang sungguh pribadi antara Yusuf dan Maria setelah Yusuf meratapi kehamilan Maria yang sungguh mengejutkan itu. Keduanya bergulat dalam kebingungan menghadapi kenyataan itu:
[13:2] Yusuf bangkit dari kain karung, memanggil Maria, dan berkata kepadanya, "Kamu yang telah diperhatikan oleh Allah, mengapa kamu melakukan ini? Sudahkah kamu melupakan Tuhan Allahmu? Mengapa kamu merendahkan jiwamu-kamu yang telah dibawa naik di tempat yang mahakudus dan menerima makananmu dari tangan malaikat?"
[13:3] Tetapi ia [=Maria] menangis secara memilukan dan berkata, "Aku ini murni dan belum pernah berhubungan dengan seorang laki-laki pun." Yusuf menjawabnya, "Jadi bagaimana kamu menjadi hamil?" Ia berkata, "Selama Tuhan Allahku hidup, aku tidak tahu."

Pergulatan batin Yusuf dan Maria sungguh memperlihatkan sisi manusiawi kedua tokoh tersebut. Tidak hanya itu, karena Maria mengandung selama Yusuf bepergian, mereka harus juga bisa membuktikan bahwa keduanya tidak bersalah. Oleh para pemimpin Bait Allah, Yusuf dituduh telah menghamili Maria, sedankan Yusuf mengira Maria telah dihamili oleh laki-laki lain. Sesuai dengan aturan yang berlaku, masing-masing dari mereka diminta untuk meminum air yang sudah diisi dengan kutuk. Selanjutnya, mereka harus pergi menyendiri ke padang gurun. Air kutuk itu dipercaya sebagai jalan keluar terakhir untuk membuktikan apakah seseorang bersalah atau tidak. Demikian kisahnya:
[16:1] Imam itu berkata, "Berikan perawan yang telah kamu terima dari Bait Allah Tuhan." Dan Yusuf mulai menangis secara memilukan. Imam itu berkata, "Aku akan minta kalian berdua minum 'air kutuk' Tuhan, dan itu akan memperlihatkan dosa-dosa kalian di depan mata kalian sendiri."
[16:2] Imam itu memberinya kepada Yusuf untuk diminumnya, dan menyuruhnya pergi ke padang gurun. Tetapi Yusuf kembali dengan sehat. Ia kemudian memberinya kepada Maria untuk diminumnya dan menyuruhnya pergi ke padang gurun. Dan ia kembali dengan sehat. Semua orang takjub bahwa tidak ada dosa dinyatakan di dalam mereka.
[16:3] Imam itu berkata, "Kalau Tuhan Allah belum menyatakan dosa-dosa kalian, saya juga tidak menghakimi kajian." Dan ia membebaskan mereka. Yusuf membawa Maria dan pulang ke rumah, sambil bersukacita dan memuliakan Allah Israel.


Karena ternyata baik Yusuf maupun Maria tidak terkena kutuk dari air itu, dan kembali ke kampung mereka dengan sehat walafiat, semua orang akhirnya percaya bahwa memang mereka tidak bersalah. Sekali lagi, di dalam Proto-Injil Yakobus inilah ditemukan sebuah pengalaman Yusuf dan Maria sebagai dua manusia biasa yang mencoba memahami apa yang telah diperbuat oleh Tuhan terhadap Maria.

Bila demikian indahnya Proto-lnjil Yakobus mengisahkan pergulatan Yusuf dan Maria secara sangat manusiawi, mengapa tulisan ini tidak diterima masuk ke dalam kanon Perjanjian Baru sebagai tulisan suci? Dalam tulisan ini jelas bahwa peran ibu Maria sangat ditonjolkan. Kemungkinan besar tulisan ini disusun sebagai tulisan apologetik untuk membela diri. Di dalamnya ditegaskan kembali keyakinan Gereja awal tentang keperawanan Maria, baik sebelum maupun sesudah ia melahirkan. Namun demikian, harus dikatakan juga bahwa cara pembelaan atas keperawanan Maria itu bisa dinilai berlebihan atau bahkan menimbulkan nuansa gaib. Berikut ini kisah tentang kelahiran ajaib Yesus:
[19:2] Mereka [=Yusuf dan sang bidan] berdiri di dalam gua, dan sebuah awan yang cemerlang melingkupi¬nya. Bidan itu berkata, "Jiwaku telah dibesarkan pada hari ini, karena mataku telah melihat sebuah tanda ajaib: keselamatan telah dilahirkan bagi Israel." Seketika itu juga awan itu pergi dari gua itu, dan sebuah cahaya yang cemerlang muncul di dalamnya sehingga mata tak dapat memandangnya. Segera cahaya itu pergi, sampai seorang bayi dapat terlihat. Dan bayi itu pergi dan berpegang pada payudara Maria, ibunya. Bidan itu berteriak, "Hari ini adalah hari yang besar bagiku, karena aku telah melihat keajaiban baru ini."


Sampai di sini mungkin masih belum terlalu membingungkan. Kelahiran Yesus yang ajaib justru dimaksud untuk membela keperawanan Maria. Mungkin sekali karena unsur inilah Proto-Iniil Yakobus juga menjadi tulisan yang banyak disukai dalarn usaha menumbuhkan rasa kebaktian kepada Maria. Namun demikian, lanjutan kisah ini mungkin jauh lebih mengejutkan. Dikisahkan bahwa setelah kelahiran ajaib itu, sang bidan pergi ke luar dari gua tempat kelahiran tersebut untuk menceritakan peristiwa ajaib itu. Ia bertemu dengan seorang perempuan bernama Salome yang ternyata sangat meragukan cerita sang bidan dan bahkan menuntut untuk diberi kesempatan agar menguji sendiri keperawanan Maria. Demikian yang terjadi:
[...][20:1] Bidan itu masuk dan berkata kepada Maria, "Tabahkan hatimu, karena ada sedikit perdebatan mengenai dirimu." Lalu Salome memasukkan jarinya untuk memeriksa keadaannya, dan ia berteriak, "Celakalah aku karena dosa dan ketidakberimananku. Karena aku telah menguji Tuhan, dan lihatlah, tanganku terbakar dan jatuh terlepas dariku."

Maka di sini disajikan sebuah cerita yang sangat bernuansa gaib. Untuk membela keperawanan Maria yang tetap perawan setelah ia melahirkan Yesus secara ajaib, dikisahkan bahwa orang yang meragukan itu mengalami nasib yang sungguh celaka. Seolah ingin dikatakan: "Jangan meragukan keperawanan Maria. Salah-salah, nanti kamu bernasib celaka seperti Salome!" Tidak hanya itu, kisah berlanjut dengan proses penyembuhan tangan Salome yang sudah kering dan jatuh terlepas itu. Bagaimana caranya? Demikian lanjutan kisahnya:
[20:3] Dan lihatlah, seorang malaikat Tuhan muncul dan berkata kepadanya, "Salome, Salome, Sang Guru dari semua telah mendengar doamu. Bawalah tanganmu kepada anak itu dan angkatlah dia; dan kamu akan mendapatkan keselamatan dan sukacita."
[20:4] Salome dengan sukacita datang dan mengangkat anak itu, sambil berkata, "Saya akan menyembahNya, karena Ia telah dilahirkan sebagai seorang raja yang besar bagi Israel." Salome seketika itu juga disembuhkan, dan ia pergi keluar dari gua itu [sebagai orang yang] dibenarkan. Dan lihatlah sebuah suara berkata, "Salome, Salome, jangan melaporkan segala perbuatan ajaib yang telah kamu lihat sarnpai anak itu masuk Yerusalem."


Keempat Injil dalam kanon Kitab Suci tidak mengisahkan hal-hal ajaib seperti itu. Di satu pihak memang dikisahkan bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus dan melahirkan di Bethlehem. Bagaimana rincian peristiwa kelahiran dinilai sebagai yang kurang dalam kisah-kisah yang sudah ada. Maka bagian yang kurang itu ingin dilengkapi. Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana Maria tetap perawan setelah melahirkan. Maka kisah ini memberi penjelasan dengan menceritakan adanya cahaya yang menyilaukan. Tak ada yang melihat kejadiannya secara persis. Bidan yang ingin membantu proses persalinan juga tak melihatnya. Yang mereka tahu, segera sesudah cahaya yang menyilaukan itu pergi, bayi Yesus sudah ada di tengah mereka.

Untuk memperkuat kepercayaan itu, kisah dilanjutkan dengan menceritakan akibat yang dialami bila orang tidak percaya. Salome menjadi peringatan bagi mereka yang tidak percaya. Tidak hanya itu, bayi Yesus yang baru saja lahir dikisahkan sebagai bayi yang bisa melakukan mukjizat.

Teks Proto-Injil Yakobus sebagai satu kesatuan memang tidak masuk dalam kanon. Mungkin karena orang percaya ketika itu sudah mulai merasakan bahwa ada unsur yang berlebihan. Banyak hal yang karenanya mulai dipertanyakan. Mungkin alasan penolakan terhadap bahan ini lebih disebabkan oleh cerita-cerita yang berlebihan yang cenderung menggambarkan Yesus secara gaib dan menakutkan, meskipun tujuan yang ingin dicapai adalah benar-benar membela keilahian Yesus. Namun demikian, sebagian isinya masih terus bergema dalam penghayatan kebaktian Gereja Katolik Roma, misalnya kisah tentang Yoakim dan Anna sebagai orang tua Maria. Sekali lagi, di sini terlihat bahwa sebuah tulisan hanya diambil sebagian saja yang mungkin masih dinilai sebagai bagian yang bisa diterima sebagai ajaran resmi. Bagian-bagian lain yang dirasa akan bisa menimbulkan kesan-kesan keliru tidak diteruskan dalam tradisi. Banyak terjemahan dihasilkan dan tulisan ini memainkan peran penting dalam perkembangan tradisi dan dogma tentang Maria.


Catatan :
Willis Barnstono. ed. The Other Bible: Ancient Alternative Scriptures (New York: HarperCollins, 1984)
Barnstone, The Other Bible

Kitab “Injil” Apokrip Barnabas jelas tidak bersesuaian dengan Kitab2 Injil Kanonik, meski sering digunakan sebagai acuan oleh teman-teman Muslim, namun sesungguhnya kitab inipun bertentangan dengan Al-Qur’an.

Kitab “Injil” Apokrip Filipus, kitab ini diperkirakan ditulis ditulis pada abad ke-2 atau ke-3 M, jauh setelah masa kehidupan para rasul. Meski sebenarnya kitab ini memuat ajaran-ajaran bijak, tetapi di bagian-bagian lain terlihat jelas adanya ajaran yang sangat berbeda tentang Sang Pencipta dan proses penciptaan sebagaimana yang dicatat dalam kitab-kitab Kanonik.

c. Injil Filipus
Tulisan ini juga ditemukan di Nag Hammadi. Naskah dalam bahasa Kopt ini adalah terjemahan dari naskah berbahasa Yunani yang ditulis pada abad ke-2 atau ke-3 M. Di dalamnya termuat sebanyak 17 ucapan Yesus, dan 9 di antara ucapan-ucapan tersebut adalah kutipan atau penafsiran lain atas ucapan Yesus dalam keempat Injil kanonik. Judul sebagai Injil Filipus didasarkan pada kenyataan bahwa Filipus adalah satu-satunya rasul yang namanya disebut secara eksplisit dalam naskah ini.

Bila melihat isinya sebenarnya dalam Injil Filipus termuat tulisan-tulisan yang mengandung ajaran yang sangat indah dan sungguh mendalam. Berikut ini tiga di antaranya.
... Iman itu menerima, cinta itu memberi. [Tak seorang pun akan mampu menerima] tanpa iman. Tak seorang pun akan mampu memberi tanpa cinta. Karena itulah, supaya kita bisa sungguh-sungguh menerima, kita percaya, dan supaya kita bisa mencintai, kita memberi, karena kalau seseorang memberi tanpa cinta, ia tidak mendapat faedah dari apa yang telah ia berikan ... (61:36-62:5).

Kalau sebuah mutiara jatuh ke dalam lumpur, mutiara itu akan disepelekan, juga kalau pun mutiara itu sudah dilumuri minyak balsam, mutiara itu tidak menjadi lebih bernilai. Namun, mutiara itu selalu memiliki nilai di mata pemiliknya. Bandingkan anakanak Allah, di mana pun mereka berada. Mereka masih memiliki nilai di mata Bapa mereka (62:19-25).

Seekor keledai yang menggerakkan batu penggiling berjalan bermil-mil. Ketika dilepas dari ikatannya, keledai itu masih berada di tempat yang sama. Ada orang-orang yang melakukan banyak perjalanan, tetapi tidak membuat kemajuan ke arah satu sasaran mana pun. Ketika malam tiba melingkupi mereka, mereka tidak melihat kota maupun desa, tidak pula hasil karya manusia atau gejala alam, tidak juga kuasa maupun malaikat. Sia-sialah orang-orang celaka ini bekerja keras (63:11-21).

Demikianlah, sebenarnya injil ini memuat ajaran-ajaran bijak seperti ini. Meskipun demikian, di bagian-bagian lain terlihat jelas adanya ajaran yang sangat berbeda tentang Sang Pencipta dan proses penciptaan itu sendiri. Berikut ini salah satu contohnya.
Dunia ada karena sebuah kekeliruan. Karena dia yang menciptakannya ingin menciptakannya sebagai yang abadi dan tidak bisa mati. Ia tidak berhasil memenuhi dambaannya. Karena dunia tidak pernah abadi; dan juga, karena itu, ia yang membuat dunia juga tidak pernah abadi ... (75:3-9).

Ajaran seperti ini memperlihatkan bahwa ada persoalan mendasar yang bisa membingungkan jemaat pada abad-abad pertama. Gambaran tentang Pencipta dan penciptaan yang semacam itu segera ditangkap sebagai sebuah usaha yang dipengaruhi oleh aliran Gnostik untuk menggantikan keyakinan yang sudah lebih dahulu berakar dan tersebar luas.

Dalam paham Gnostik akan alam ciptaan, satu unsur yang terus berulang adalah pandangan bahwa kekacauan mendasar dalam alam ciptaan diawali pada saat dilakukan pembedaan gender. Kekacauan ini dengan demikian berasal dari saat ketika salah satu tulang rusuk Adam diambil untuk dijadikan dasar penciptaan Hawa. Pada saat itulah kesatuan androgyne (laki-laki dan perempuan) dihancurkan. Keselamatan yang dikerjakan oleh Kristus adalah tidak lain merupakan pemulihan kembali kesatuan asali tersebut. Kita akan melihat lebih jauh dalam bagian selanjutnya implikasi dari paham semacam ini.

Catatan :
Wesley W. Isenberg, "The Gospel of Philip," dalam Robinson, Nag Hammadi.
Isenberg, "The Gospel of Philip

Jadi, memang ada banyak ketidak sesuaian dari "Injil-injil" Apokrip itu, selain tidak sesuai dari masa penulisanpun ternyata tidak ditulis oleh para rasul sendiri, dan bahkan ditulis jauh sesudah masa kehidupan para rasul.

Lebih baru Lebih lama