Ilustrating: Jesus Healing the Blind Men (via: cristianhub.org) |
Menyembuhkan
Orang Yang Sakit
a. Melenyapkan
(Matius 4:23-24)
Analisa Teks:
Didalam
Bahasa Yunani “melenyapkan” memakai istilah “qerapeu,wn” (Theraspeuon),
secara harfiah diartikan “menyembuhkan”. Secara tata bahasa kata thepaspeuon merupakan kata partisip aktif nominatif maskulin
tunggal kala kini. dengan demikian kata kerja itu adalah bagian atau
disertakan dalam pelayanan Yesus. Dalam teks Matius 4:23-24 kata menyembuhkan
juga disejajarkan dengan kata kerja sebelum kata “melenyapkan” yaitu: “mengajar;
“memberitakan Injil”, “melenyapkan”, dalam penulisan bahasa Yunani ketiga kata
tersebut dihubungkan dengan kata kai. (kai), maka berkoordinasi.
Satu hal penting adalah di dalam pelayanan Yesus di tempat-tempat selain
Galilea ketiga aksi diatas tidak pernah terlepas, maka dapat diketahui ketika
Yesus mengadakan penyembuhan, pelayanan tersebut sama pentingnya dengan
memberitakan Injil Kerajaan Allah dan mengajar. Kata “melenyapkan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan
kata kerja yang diartikan menghilangkan sama sekali; memusnahkan.[1] Maka sesuai konteks
kebahasaan di Indonesia kata ini dimaknai menghilangkan atau melenyapkan
penyakit.
Didalam kisah penyembuhan ini Yesus melenyapkan penyakit
dan kelemahan. King James Version (KJV) dan juga New International Version (NIV) mengartikan kata ini dengan istilah
“healing” berarti “sedang menyembuhkan”. Namun dalam bahasa Yunani istilah “qerapeu,wn” dapat diartikan care
for “peduli”, “mengembalikan”, dan “pelayanan”. Disamping itu King James Version mengartikan kata theraspeuon (dalam Bahasa Yunani) memiliki beberapa makna yang saling
berkaitan walaupun memiliki arti harfiah yang berbeda yaitu: to serve (untuk melayani), do service (melakukan pelayanan); to heal (untuk menyembuhkan), cure (menyembuhkan), restore to health (memulihkan kesehatan).
Maka dapat diartikan didalam konteks nats ini, kompetensi sosial dalam Matius
4:23-24 dapat dimaknai pelayanan Yesus dalam melakukan penyembuhan adalah oleh
kepedulian Yesus.
Didalam perikop sebelumnya Matius 4:18-22 mengisahkan
Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama untuk “meninggalkan perahu
mereka”, “mengikut dia”, “akan dijadikan penjala manusia”, tujuannya supaya
mereka melakukan sama seperti apa yang dilakukan oleh Yesus. Kemudian di
perikop setelah perikop utama pembahasan ini (Matius 5:1-12) Yesus berkhotbah
dibukit ditujukan kepada orang yang sama seperti perikop utama yaitu
membutuhkan Injil Kerajaan Allah, pengajaran, bahkan penyembuhan. Jika dilihat
dari kata “berbahagialah”, “blessed”,”fortunate” (beruntung), diperkatakan
Yesus kepada mereka yang juga benar-benar mengalami masalah serius. Pelayanan
tersebut dilakukan oleh Yesus di Sinagoge karena Sinagoge merupakan tempat yang
paling tepat untuk menyebarkan ajaran atau pendapat yang baru kepada
orang-orang lain, didalam kalangan agama Yahudi. Hal ini juga didukung oleh
William Barclay dalam bukunya Pemahaman
Alkitab Setiap Hari Injil Matius Pasal 1-10 berkata:
“Yesus
tidak hanya berkhotbah. Ia juga menyembuhkan orang-orang sakit. Maka dapatlah
dipahami bahwa kabar tentang hal-hal yang dilakukan oleh Yesus itu tersebar
luas, sehingga orang-orang datang berkerumun untuk melihat dan mendengarkan
Dia, serta untuk memperoleh keuntungan dari belas kasihan-Nya.”[2]
Penyembuhan yang dilakukan Yesus adalah hal yang sangat
penting atau sama pentingnya dengan pemberitaan Injil dan mengajar. Selain dari pada kata kai yang menunjukkan hal ini, Drs. J.J De Heer dalam bukunya Tafsiran Injil Matius Pasal 1-22 berkata:
“Dalam Ul. 7:15 dan Yes 35:5,6 sudah dikatakan bahwa
sebagian dari keselamatan yang datang dari pihak Tuhan adalah menyembuhkan
orang sakit. Tuhan Yesus memenuhi hal itu. dan sepanjang sejarah Gereja sampai
sekarang banyak orang sakit disembuhkan melalui doa yang sungguh kepada Yesus.
Hal itu tidak berarti bahwa orang yang percaya akan Yesus terlindung terhadap
setiap penyakit, andaikata begitu, orang percaya tak pernah akan meninggal.[3]
Dalam Alkitab
dituliskan pula bahwa orang-orang yang disembuhkan Yesus adalah orang banyak
yang berbondong-bondong mengikuti Dia, dari daerah siria. Siria, Siria adalah
suatu daerah propinsi yang mencakup Palestina. Atau Palestina adalah sebagian
dari propinsi Siria. Propinsi Siria terbentang dari utara dan ke timur lait,
dan berpusat pada kota Damaskus.[4] Juga mereka datang dari
Galilea, Dekapolis, Yerusalem, Yudea, dan dari seberang Yordan. Galilea
merupakan “wilayah berbentuk persegi empat, 70 km dari utara ke selatan, dan 40
km dari timur ke barat. Dan merupakan wilayah tempat Kristus bertumbuh dan
dibersarkan di Nazaret. Dan murid Yesus yang pertama juga berasal dari daerah
ini.”[5], “Dekapolis sendiri berada di
sebelah selatan Danau Galilea dan penduduknya adalah non-Yahudi.”[6], “Yerusalem terletak di
punggung pegunungan Yehuda, disebelah barat ujung utara Laut Mati dan cukup
jauh ke Galilea.”[7].
Daerah-daerah tersebut memang berdekatan atau tetangga, namun karena mereka
tahu dimana ada Yesus tentu membawa kesembuhan sehingga sangat banyak orang
yang hadir. Ini sangat menarik untuk dibahas, ternyata kehadiran Yesus sebagai
raja dalam kitab Matius adalah raja yang membawa pengharapan untuk setiap
masalah, apabila mereka mau.
Pelenyapan penyakit tersebut sangat dihubungkan kepada
peristiwa pemberitaan Injil Kerajaan Allah dan mengajar. Mengapa Yesus harus
menyembuhkan begitu banyak orang di Galilea karena Galilea
merupakan daerah yang cukup ramai pada zaman Yesus melakukan pelayanan disana,
sehingga beberapa hari dalam jangka waktu yang cukup lama Yesus melakukan
pelayanan ditempat ini. Sebelum ia kemudian menjangkau tempat lain. Didaerah
ini Yesus menemukan banyak orang sakit, orang yang menderita, lumpuh dan
sebagainya. bukan hanya itu dalam ayat berikutnya ditambah lagi orang banyak berbondong-bondong mengikuti
Dia dari Galilea, Dekapolis[8],
Yerusalem, Yudea, dan dari seberang Yordan (ayat 25). Hingga kabar tentang Yesus tersebar diseluruh Siria (Matius 4:24). Analisis Matius terhadap pelayanan
Kristus dibuat berdasarkan empat wilayah geografis yang tercantum dengan jelas:
Galilea (4:12), Daerah Seberang Sungai Yordan (19:1). Yudea (20:17) dan
Yerusalem (21:1). Bersama dengan Injil Sinoptis lainnya, ia menghilangkan
pelayanan awal di Yudea yang secara kronologis terjadi di antara 4:11 dan 4:12
(bdg. Yoh. 1-4). Matius mungkin bertolak dari Kapernaum di Galilea karena di
situ pula ia mulai mengenal Kristus (9:9). betapa banyaklah orang yang dihadapi oleh
Yesus pada saat itu. Tidak dijelaskan secara rinci bagaimana Yesus menghadapi
setiap orang dalam pelayanan tersebut.
Didalam Matius 8:7, juga menceritakan Yesus ingin,
berinisiatif, berkeinginan untuk menyembuhkan hamba seorang perwira. Kata
“menyembuhkannya” dalam Bahasa Yunani menggunakan istilah qerapeu,sw (therapeuso),
memiliki kata dasar yang sama dalam Matius 4:23-25 qerapeu,w (therapeuo). Kata therapeuso
merupakan kata kerja indikatif futur
aktif orang pertama tunggal, kata futur digunakan untuk menyatakan keinginan,
rencana, kemauan. Kasus indikatif dipakai ketika situasi tersebut nyata.
Sehingga diterjemahkan aku akan
menyembuhkan (nya), secara lengkap dalam frasa aku akan datang menyembuhkannya. evgw. evlqw.n “qerapeu,sw” auvto,nÃ… (Yunani),
I will come and heal him. (KJV), Aku akan datang “menyembuhkannya.” (TB)
Yesus benar-benar ingin melakukannya, ia ingin menyembuhkan bawahan daripada
perwira tersebut. Tentunlah Yesus tidak akan menunda kemauannya karena didalam
perkataan dimanapun Yesus adalah konsisten. Memang didalam perikop ini (Matius
8:5-13) pemeran utama dalam narasinya adalah seorang perwira karena besarnya
iman yang dimiliki oleh perwira tersebut, hingga Yesus sendiri pun kagum
melihat dia. Kata Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini
tidak pernah Aku jumpai pada seseorang pun di antara orang Israel (Matius 8:10).
Sangat benar bahwa didalam pelayanan Yesus hal seperti ini adalah kejutan
bagi-Nya. dan kesembuhan sendiri adalah bagian Yesus oleh iman yang memintanya.
“Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti
yang engkau percayai.” (Matius 8:13). Dalam kisah sebelumnya juga Yesus
telah menyembuhkan orang yang menderita sakit kusta yang jenis penyakit
tersebut hanya Tuhan yang bisa menyembuhkannya seperti di zaman Musa. Maka yang
bisa kita pahami disini adalah kesembuhan merupakan pekerjaan dari “kuasa”,
“semangat” Yesus.
Kisah yang sama terjadi juga dalam Markus 3:5 yaitu
mengenai penyembuhan. “maka sembuhlah
tangannya itu”. kata “sembuhlah” dalam bahasa Yunani menggunakan istilah “avpekatesta,qh” kata
apekatestathe didalam tata bahasa Yunani adalah kata kerja indikatif aoris
pasif orang ke-3 tunggal. Kasus aoris didalam tata bahasa Yunani dimaknai
sebuah aktifitas yang pernah dilakukan dan hanya sekali saja. dalam teks ini
bentuk waktu aoris tersebut adalah pada saat itu juga yaitu menyatakan
pekerjaan yang dilakukan “seketika”, “sekejab”. Hal itu berarti dalam konteks
tersebut kata “sembuhlah” memiliki sifat yang tidak dapat kita hitung waktunya,
atau artinya “saat itu juga”[9]. Maka jika kita maknai kata
sembuhlah didalam nats tersebut adalah kasus kata kerja, bukan kata sifat,
bukan juga hasil yang dilakukan namun kita dapat memaknai kata apekatestathe
adalah didalam tindakan bekerjalah sebuah penyembuhan, seperti yang dirasakan
orang yang dilayani Yesus dalam nats tersebut. Jika di analisa lagi ketiga
macam konteks kebahasaan diatas memiliki tingkatan kualitas yang agak berbeda,
dapat kita lihat dimana dalam bahasa Yunani kata avpekatesta,qh dapat diartikan
memulihkan, membangun kembali, dalam versi King James memulihkan, dan dalam NIV benar-benar
memulihkan. Namun peneliti menyimpukan bahwa peristiwa tersebut adalah
benar-benar memulihkan hidup orang tersebut karena ia lepas dari penderitaan.
Karena disamping penderitaannya tradisi Yahudi menandai bahwa orang yang
tangannya mati sebelah adalah tanda ia masih memiliki dosa di hadapan Allah
(Mzm 32:1-5), dan Ia dianggap tak layak untuk masuk didalam jemaat mereka. Nah,
Yesus melampaui segala hal di dalam dunia. Inilah kuasa dari pada Yesus didalam
pelayanannya bekerjalah sebuah pemulihan dalam hidup orang yang meneria pada
saat itu. maka kata “sembuhlah” dalam nats tersebut adalah Yesus benar-benar
memulihkan tangan orang yang sedang mati sebelah seketika itu juga disertai
tujuan untuk pembuktian kepada orang-orang yang ada di rumah ibadat kapernaum
bahwasanya pelayanan penyembuhan juga dapat dilakukan ketika hari sabat.
Dalam kisah tersebut sepertinya ada hal yang cukup
berbeda daripada beberapa peristiwa penyembuhan sebelumnya yang kita bahas,
yaitu mengapa harus menggunakan aoris? Kata “avpekatesta,qh” “sembuhlah”. Dan alur cerita sebelumnya adalah Yesus dan
orang Yahudi sedang berselisih paham mengenai penyembuhan di hari sabat. Kisah
ini berawal dengan konflik, ada orang yang mati sebelah tangannya, sikap orang
Farisi dan orang Yahudi yang mengawasi Yesus, lalu terjadi kesembuhan bagi orang
yang mati sebelah tangannya itu, akan tetapi Yesus juga marah karena mereka
begitu tega melihat sesama yang menderita demi tegaknya hukum Taurat. Namun hal
ini bisa dimaknai tradisi hari Sabat diberikan oleh Allah untuk manusia, dan
seharusnya kemanusiaan dietakkan di atas segala aturan hukum dan tradisi. Yesus
menunjukkan bahwa kuasa dan karya penyelamatan Allah terjadi setiap hari, tidak
hanya enam hari saja dalam seminggu. Dan setiap hari manusia pun diwajibkan
untuk berbuat baik.
Kisah pada perikop pada Markus 3:1-6 memiliki makna
cerita yang menarik. Kejadian ini berlangsung di sebuah rumah ibadat
(sinagoge). Bagian terbesar naskah-naskah kuno dalam Markus 3:1 memakai kata
sandang eis ten sunagogen: “kerumah
ibadat (tertentu)”. Dalam Lukas 6:6 he
sunagoge mengacu kerumah ibadat dikapernaum. Dan Yesus melakukan
penyembuhan tersebut dihari sabat, bahwa orang itu pun tidak minta disembuhkan namun Yesus sendiri
yang berinisiatif. Dalam konteks nats tersebut ada alasan mengapa Yesus menyembuhkan
hari sabat pada saat itu, jika kita lihat isi teks dalam ayat 4 Yesus berkata:
“bolehkah orang pada hari sabat berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan
orang nyawa orang atau membunuh orang? Ini merupakan preposisi yang sangat
menarik yang perlu kita bahwa. (1)
preposisi pertama, diperbolehkan berbuat baik (2) preposisi kedua, diperbolehkan berbuat jahat (3) preposisi ketiga, diperbolehkan
menyelamatkan nyawa orang (4) preposisi
keempat, diperbolehkan membunuh orang. Preposisi-preposisi dalam pertanyaan
ini dilontarkan kepada orang Farisi. Mungkin ketika kita membawa pertama sekali
pertanyaan tersebut menintikberatkan untuk memikirkan orang yang sakit sebelah
tangannya. Akan tetapi hal tersebut tidak! Justru pertanyaan tersebut bukan
hanya dimaksudkan kepada orang tersebut tetapi juga kepada orang Yesus sendiri.
Nah, mengapa ia marah dan berdukacita? Ternyata setelah
dianalisa lebih dalam lagi nats tersebut bahwa Yesus menyembuhkan di hari sabat
bukan karena ia tidak menghargai tradisi Yahudi: akan tetapi konfrontasi
tersebut diajukan Yesus bagi orang Farisi yang mengumpulkan bahan untuk
menggugat Yesus dan membunuh-Nya. Hal ini dibahas oleh Jacob Van Bruggen dalam
bukunya Markus Injil Menurut Petrus berkata:
“apakah
kegiatan mereka ini layak dilakukan pada hari Sabat? Apakah seorang diizinkan
untuk pada hari sabat merencanakan bencara bagi orang lain dan berusaha
membunuhnya? Wajarlah bila orang-orang Farisi diam (3:5); wajar juga apabila
Yesus marah melihat mereka diam (3:5), sebab sikap itu membuktikan bahwa mereka
keras hati. Tekad mereka sudah bulat untuk melaksanakan rencana jahat mereka;
pada hari sabat pun mereka pantang mengurungkan niat”[10]
Merupakan
hal yang sangat menarik, bahwa salah satu cerita kuno yang indah ini juga
pernah dituliskan oleh Eusebius yang berasal pada zaman Yesus ketika melakukan
pelayanannya. Cerita tersebut mengatakan seroang raja yang bernama Abgar di
Kota Edessa. Raja waktu itu sedang sakit. Maka ia pun menulis surat kepada
Yesus yang bunyinya demikian: “Dari Abgar, raja Edessa, kepada Yesus,
Juruselamat yang pandai, yang telah muncul di negeri Yerusalem, Salam BagiMu!
Aku telah mendengar tentang Engkau, dan tentang kesembuhan yang Engkau lakukan,
yang Engkau tunjukkan tanpa memakai obat-obatan atau ramuan-ramuan. Aku
mendengar bahwa Engkau telah mencelikkan mata orang buta sehingga dapat
melihat, dan menyembuhkan orang lumpuh sehingga dapat berjalan, menyembuhkan
orang yang sakit kulit, mengusir roh-roh jahat dan menyembuhkan orang-orang
yang sakit menahun, serta membangkitkan orang yang mati.
Jadi Yesus melakukan penyembuhan dalam pelayanannya
selain adalah karena menyembuhkan sama pentingnya atau tidak terlepas daripada
pelayanan Yesus seperti memberitakan Injil Kerajaan Allah, mengajar. Ia datang
menyembuhkan mereka yang memerlukan penyembuhkan, bahwa Ia tidak puas dengan
hanya memberitahu manusia tentang kebenaran melalui kata-kata. Ia datang untuk
merubah kebenaran itu menjadi perbuatan dan tindakan. Ia tidak hanya mengajar
dengan kata-kata dan ide-ide, tetapi Ia menyatakan ajaran-Nya itu didalam
perbuatan-perbuatan nyata yang berbentuk pertolongan dan kesembuhan.
“Kitapun
pada masa kini harus memproklamasikan kepastian-kepastian yang kita miliki.
Kitapun harus selalu siap untuk menjelaskan dan menerangkan iman kita. Dan
kitapun harus mampu merubah ide-ide dan angan-angan”[11]
References:
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan Offline
[2] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap hari Injil Matius
Pasal 1-10. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 133
[3] De Heer, J.J, Tafsiran Alkitab Injil Matius Pasal 1-22, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2001), 63
[4] Ibid
[5] Enns, Paul. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I
(A-L), (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 324
[6] G.A Smith, Historical Geography of the Holy Land, (DCG,
1931), 595
[7] Enns, Paul. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I. 570
[8] Dekapolis merupakan
Daerah luas di sebelah selatan Galilea, terutama di sebelah timur Yordan,
termasuk Bet-Sean di bagian barat yang berisikan 10 kota. Kota-kota seperti
Gadara dan Filadelfia yang diduduki oleh orang Yunani pada awal tahun 200 sM.
Pada 63 sM, Hipos, Skitopolis dan Pela dibebaskan oleh Pompeius dari kekuasaan
orang Yahudi. Ke-10 kota yg disebut oleh Plinius sebagai anggota mula-mula
ialah Skitopolis, Pela, Dion, Gerasa, Filadelfia, Gadara, Rafana, Kanata, Hipos
dan Damaskus. Pada abad ke-2 M Ptolemeus memasukkan kota-kota lain di sebelah
selatan Damaskus ke dalam daftar 18 kota. - G. A Smith, Historical Geography of the Holy Land. 595-608; M Bietenhard, Die Dekapolis von Pompeius bis Traian,
(ZDPV 79, 1963), 24-8
[9] KBBI
[10] Van Bruggen, Jacob, Markus Injil Menurut Petrus. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2011), 118
[11]William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius
Pasal 1-10. 137
Posting Komentar